Hidayatullah.com — Untuk pertama kalinya, dalam sebuah film dokumenter yang dirilis pada 11 Juni, Brigade Izzudin al-Qassam Hamas mengungkapkan bahwa mereka memiliki sejumlah besar drone, yang diproduksi dan dikembangkan di Gaza.
Film dokumenter ini juga menyoroti dua insinyur drone Hamas yang paling terkemuka, yang dibunuh oleh ‘Israel’ selama agresi militer terakhir di Gaza pada Mei 2021 – Dhafer al-Shawa dan Hazem al-Khatib.
Selain roket, drone atau pesawat tak berawak merupakan salah satu senjata yang paling banyak dicari oleh Hamas. Keduanya banyak digunakan dalam serangan kelompok perlawanan Palestina terhadap target zionis.
Dalam sebuah pernyataan kepada Saluran 12 Israel pada 12 Juni, seorang pejabat militer Israel mengatakan pada Mei 2021, Hamas mencoba menargetkan ladang gas Tamar dengan drone sebelum terdeteksi dan dihancurkan. Pada 13 Mei 2021, Hamas memang telah menyatakan bahwa pihaknya menargetkan ladang gas di lepas pantai Gaza dengan sejumlah drone bunuh diri Shehab.
Drone Shehab, yang diproduksi sendiri oleh Hamas, mampu membawa hulu ledak peledak seberat 30 kilogram dan dapat terbang hingga 250 kilometer. Dipercaya juga bahwa drone diprogram dengan koordinat GPS dan gambar satelit untuk menemukan targetnya, dan dapat diarahkan secara visual ke target menggunakan operator darat dan kamera.
Selama perang ‘Israel’ di Gaza pada tahun 2014, dengan bantuan ahli negara Arab, Hamas memproduksi drone pertamanya, Ababeel 1, yang datang dalam tiga versi: pengintaian, penjatuhan bom, dan pembom bunuh diri.
Salah satu pesawat mencapai markas besar Kementerian Pertahanan ‘Israel’ di Tel Aviv tanpa terdeteksi, lolos dari radar militer zionis.
Seorang pejabat militer Hamas, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan kepada Al-Monitor bahwa selama bertahun-tahun, para insinyur mereka mampu membangun sistem pesawat tak berawak yang lengkap, mencatat bahwa semuanya diproduksi sendiri di Jalur Gaza dan dikembangkan untuk digunakan melawan tentara ‘Israel’.
“Proses pengembangan bergerak dalam langkah-langkah mantap menuju pembuatan drone dengan akurasi lebih tinggi dalam mencapai target, terbang jarak jauh, dengan sistem komunikasi dan kontrol yang lebih berkembang,” katanya.
Untuk proyek drone pertamanya, Hamas memberikan penghargaan kepada insinyur Tunisia Mohamed Zouari, yang dibunuh pada 15 Desember 2016, di kota Sfax, Tunisia. Pada saat itu, Hamas menuduh dinas intelijen zionis, Mossad, melakukan pembunuhan itu.
Mayjen Yousef al-Sharqawi, seorang ahli militer, mengatakan kepada Al-Monitor bahwa Hamas sangat menyadari bahwa drone saat ini adalah senjata, dan melakukan apa pun untuk menggunakannya dalam serangan militer di masa depan.
Dia meyakini bahwa film dokumenter ini adalah unjuk kekuatan dan pesan Hamas yang ditujukan kepada zionis ‘Israel’, yang mengira telah melemahkan proyek drone Hamas dengan membunuh beberapa insinyur mereka.
Sharqawi menambahkan bahwa drone di tangan kelompok perlawanan Palestina, masih sederhana dalam hal teknologi. “Butuh waktu untuk mengembangkan kemampuan militer jet ini menjadi lebih efektif, yang saat ini sedang dikerjakan Iran,” katanya.
Muhammad Abu Harbid, seorang ahli militer dan keamanan yang berpangkat letnan kolonel di Kementerian Dalam Negeri di Gaza, mengatakan kepada Al-Monitor, “Hamas tidak ingin bergantung hanya pada terowongan atau roket dalam perangnya dengan tentara ‘Israel’. Ia berusaha mendapatkan senjata sebanyak mungkin, yang terbaru adalah drone.”
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dia menekankan bahwa Hamas terus mengembangkan pesawat militer ini, yang membuat ‘Israel’ khawatir. Itu membuat zionis ‘Israel mencoba untuk mengganggu proyek ini dengan segala cara yang mungkin.
Abu Harbid menambahkan bahwa Hamas belum mengeluarkan semua kemampuannya dan mengandalkan elemen kejutan dalam pertempuran yang akan datang, “seperti apa yang terjadi dalam perang 2014, ketika (Hamas) mengejutkan semua orang dengan meluncurkan drone ke Israel.”
Dia menjelaskan bahwa Hamas sangat bergantung pada drone, dan tidak hanya sebagai alat militer. Faktanya, Hamas mampu memata-matai gerakan militer ‘Israel’ di perbatasan Jalur Gaza, dan bahkan dalam beberapa kesempatan, untuk menjatuhkan drone Israel, baik dengan menembak mereka atau meretas sistem kontrol mereka.
Secara paralel, ‘Israel’ mencoba membatasi berkembangnya kemampuan Hamas dengan mencegah penyelundupan material, membunuh insinyur mereka, atau menembak jatuh mereka dengan sistem Iron Dome-nya. Pada 19 Mei 2021, tentara ‘Israel’ mengumumkan bahwa mereka telah menembak jatuh sebuah pesawat tak berawak di udara di Jalur Gaza selatan.* Ahmad Abu Amer