Hidayatullah.com – Penjajah ‘Israel’ memaksa para tahanan Palestina, yang akan dibebaskan dalam pertukaran hari Ahad, untuk mengenakan baju bergambang lambang Yahudi (Bintang Daud) dan tulisan “Kami tidak akan memaafkan, kami tidak akan melupakan.”
Foto-foto menunjukkan para tahanan Palestina dalam posisi berlutut, semakin mempermalukan mereka setelah bertahun-tahun mengalami penyiksaan dan pelecehan. Banyak dari mereka yang ditahan tanpa dakwaan atau diadili-dianggap sebagai sandera dan bukannya tahanan.
Para tahanan yang dibebaskan telah memberikan kesaksian tentang perlakuan brutal yang mereka alami. Mereka menggambarkan kelaparan, pemukulan, dan bentuk-bentuk pelecehan sistematis lainnya di dalam penjara ‘Israel’.
Sebaliknya, perlawanan Palestina memastikan bahwa setiap tahanan Israel yang mereka bebaskan diperlakukan secara bermartabat. Dalam setiap pertukaran, perlawanan memberikan hadiah kepada warga Israel yang dibebaskan, meskipun mereka adalah tentara atau pemukim yang ditangkap dalam perang.
Pada Ahad (16/02/2025) ini, bersama dengan hadiah-hadiah yang biasa diberikan, kelompok perlawanan Palestina memberikan liontin emas kepada tawanan ‘Israel’ Sagui Dekel-Chen untuk putrinya, yang lahir empat bulan setelah ia ditawan.
Kelompok-kelompok perlawanan juga mengizinkan warga ‘Israel’ yang dibebaskan untuk berbicara secara bebas kepada media dan berinteraksi dengan warga Palestina selama proses pemindahan.
Para tahanan yang dibebaskan terlihat tenang dan nyaman saat mereka berbicara di depan kamera. Kelompok perlawanan secara konsisten mempublikasikan video yang menunjukkan para tahanan ‘Israel’ yang terlibat dalam kegiatan normal.
Baru kemarin, Saraya al-Quds merilis rekaman Alexander Turbanov yang sedang memancing saat berada dalam tahanan. Beberapa tahun yang lalu, Brigade Al-Qassam membagikan video prajurit yang dibebaskan, Gilad Shalit, yang sedang menikmati barbekyu dengan para penawannya.
Para pengguna media sosial mencatat bahwa perbedaan perlakuan yang mencolok itu mengungkapkan sifat asli kedua belah pihak dalam perang ini; yang satu berakar pada penindasan, yang lain menjunjung tinggi martabat manusia bahkan di tengah-tengah konflik.*