Adakah ini mainan kelompok tertentu?
Banyak kelompok kepentingan bermain di isu ISIS. Baik dari para “suporter” ISIS di Indonesia, institusi dan pejabat politik yang terkait dengan bidang politik keamanan, bahkan dibalik itu semua ada tangan-tangan yang mewakili kepentingan imperialisme global juga ikut nimbrung.
Point yang tidak kalah penting, kita bisa membaca bagaimana Amerika Serikat (AS) punya nafsu untuk membuat konflik Islam di Indonesia. Ini terkait upaya rebalancing power-nya AS di kawasan Asia Timur Jauh. Karena itu Amerika lebih condong dan mendukung salah satu calon presiden yang dianggap flamboyan tapi memiliki potensi konfliknya besar dengan adanya faksi internal pendukungnya dari kalangan nasionalis, Kristen, Sosialis-Komunis yang bisa menekan Islam.
Apa targetnya?
Targetnya umat Islam pecah, dan tidak bisa menjadi pelopor persatuan umat Islam se-dunia. Dan kekuatan politik umat Islam bisa tereduksi karena disibukkan dengan pertarungan antar kelompok mereka sendiri. Lebih dari itu, melalui isu ISIS juga ada upaya kriminalisasi terhadap kewajiban mulia umat Islam bernama jihad dan Khilafah Islam.
Dengan demikian, potensi ancaman dalam perspektif status quo bisa dalam kendali. Dan sangat mungkin, momentum kali ini akan digunakan untuk melarang ideologi apapun berbau Khilafah berkembang di Indonesia. Sebab saya melihat Badan Penanggulangan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus bergerak melakukan penggalangan untuk hal tersebut meski ada resistensi di masyarakat.
Seberapa besar potensi umat Islam Indonesia tertarik kepada ISIS?
Isu ISIS dengan Khilafahnya menurut saya segmented. Artinya, menjadi perhatian serius di kalangan pergerakan Islam lebih dominan, tapi tidak untuk kebanyakan masyarakat Muslim Indonesia.
Masyarakat menjadi heboh karena media secara massif mengekspos, dan akhirnya mereka tersesat dalam belantara opini dan perdebatan tanpa tahu ujung akar dan pangkalnya.
Dari paparan Anda, munculnya ISIS bukan barang baru, Artinya pemerintah Indonesia (khususnya intelijen) pasti sudah lama tahu?
Kalau pemerintah tidak tahu berarti semua institusi intelijen yang dimiliki tidur. Mereka tahu, dan terus memonitor perkembangan politik didunia Islam lebih-lebih paska Arab Spring menggeliat. Bahkan mereka mencoba menerka, adakah relevansi Khilafah ISIS dengan kondisi keamanan Indonesia paska Pilpres.
Tokoh-tokoh dibalik ISIS di Indonesia dikenal tokoh yang tak mengakar dalam gerakan Islam di Indonesia, benarkah?
Inilah yang saya heran, terlepas dari perdebatan benar tidaknya ISIS dengan paham yang dimilikinya, pemerintah khususnya BNPT yang membidani urusan terorisme sangat tahu sumber utama berkembangnya para suporter ISIS di Indonesia.
Tapi terkesan ada pembiaran dengan beragam alasan. Tapi sekarang BNPT paling getol melakukan penggalangan untuk mempersoalkan eksistensi suporter ISIS di Indonesia. Saya melihat ada muslihat yang dimainkan di balik isu ISIS oleh orang-orang opurtunis.
Bukankah sebelum ini kita juga pernah mengenal Abdul Haris, orang dekat Ustad Abubakar Ba’asyir yang akhirnya diketahui orang intel yang di “tanam” dan kini keberadaannya tidak jelas setelah ABB di tangkap?
Itulah. Dalam perjuangan Islam tidak cukup hanya bermodal semangat, di luar pemahaman akidah yang lurus, kedalaman memahami syariat juga butuh pemahaman terhadap siyasah agar tidak menjadi obyek mainan pihak-pihak yang ingin hancurkan perjuangan dan gerakan Islam.
Kejahilan dan sikap emosional dalam langkah perjuangan hanya akan menghasilkan kondisi yang kontra produktif bagi kepentingan umat Islam. Ini harus menjadi pelajaran bagi umat Islam.*