“BANYAK banget hari ini tidak shalat Jumat karena corona.”
Sepenggal kalimat itu dilontarkan Ustadz Abu Bakar Madris di Kota Depok, Jawa Barat, Jumat (20/03/2020).
Memang, belakangan ini, ramai masjid di berbagai daerah meniadakan shalat Jumat dan shalat berjamaah lainnya.
Fenomena itu terjadi menyusul pandemi virus corona jenis baru yang dikenal dengan sebutan Covid-19. Diyakini, salah satu upaya mencegah penularan Covid-19 yaitu dengan mengurangi intensitas pertemuan manusia.
Sejumlah kepala daerah pun mengeluarkan kebijakan peniadaan atau penundaan kegiatan keagamaan secara massal di tempat ibadah, termasuk shalat berjamaah di masjid.
Namun, di Depok, kota yang dua orang penduduknya pertama kali diumukan Presiden Joko Widodo positif Covid-19 pada Senin (02/03/2020), masih banyak masjid yang menegakkan shalat Jumat dan shalat berjamaah lima waktu.
Pantauan hidayatullah.com hingga Sabtu-Ahad (22/03/2020), suara adzan masih lantang terdengar pada setiap lima waktu shalat. Mulai subuh, zuhur, ashar, magrib, dan isya.
Begitu pula pada Jumat (20/03/2020). Di Masjid Baiturrahman, Jl Masjid Baiturrahman, Kebon Duren, Kalimulya, Cilodong, Depok, misalnya, ratusan jamaah Jumatan tetap memenuhi masjid hingga ke pelatarannya.
Mulai anak-anak hingga orangtua tampak hadir. Sebagian jamaah tampak khusyuk menyimak khutbah Jumat yang disampaikan Ustadz Shobur.
Rusmadiannur, salah seorang warga yang shalat Jumat di Masjid At-Taqwa, kepada hidayatullah.com, Sabtu (21/03/2020), mengakui bahwa Jumatan kemarin tetap berlangsung.
“Normal suasanya seperti Jumatan biasanya,” ujar warga yang tinggal di Perum Ambar Cibinong, Kabupaten Bogor ini. Masjid Addururmansyur di perumahan yang berbatasan dengan Depok itu juga tetap menggelar shalat Jumat.
Sepulang shalat Jumat (20/03/2020), Ikhwan, salah seorang jamaah Masjid Baiturrahman, Kebon Duren, sebagaimana biasa tampak ceria.
Pria beristri dan anak satu ini mengaku bersyukur masih dapat melaksanakan shalat Jumat hari itu. “Alhamdulillah,” ujar karyawan yang berkantor di Jakarta ini sepulang dari Jumatan kepada hidayatullah.com.
Ikhwan mengaku bersyukur masih dapat menjalankan ibadah berjamaah di masjid pada saat wabah Covid-19 sedang “menghantui” dunia. Pada sisi lain, ia pun berharap tetap diberi kesehatan oleh Allah, dihindarkan dari virus asal Wuhan, Hubei, China itu. ” Aamiin,” ungkapnya.
Ujian Berbentuk Virus
Sejatinya, Covid-19 adalah salah satu bentuk ujian berupa musibah atau bencana yang diberikan Allah kepada para hamba-Nya. Pandemi Covid-19, sebagaimana bencana atau musibah lainnya selama ini, merupakan ujian bagi orang beriman.
Pesan ini disampaikan khatib Jumat di Masjid Baiturrahman, Kebon Duren, Jumat (20/03/2020), Ustadz Shobur.
Dalam khutbahnya yang berlangsung sekitar hampir 10 menit itu, Shobur mengajak umat Islam untuk bersabar menghadapi ujian termasuk pandemi Covid-19.
Khatib mengingatkan bahwa Allah Subhanahu Wata’ala dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 155-157 telah menegaskan, Dia pasti akan memberikan ujian berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan.
Di balik ujian itu, jelas khatib, Allah menyampaikan kabar gembira bagi orang-orang yang bersabar. Yaitu mereka yang jika ditimpa musibah, mereka mengatakan Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Mereka inilah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Allah serta mendapatkan petunjuk.
“Dengan demikian, marilah kita jangan terlalu sedih, berduka, atau nestapa berkepanjangan,” pesan khatib dalam menyikapi ujian virus itu.
Ia mengatakan bahwa virus corona merupakan ujian dari Allah. Dalam menghadapi ujian seperti wabah itu, justru saatnya untuk memperbanyak, bukan malah menjauhi masjid.
“Virus corona pasti ada, menyebar pasti, tapi keterlaluan ama corona, jangan!” ujarnya menegaskan, Jumat (20/03/2020) itu, mengajak umat tetap shalat berjamaah di masjid.
Di hari yang sama beberapa saat sebelum Jumatan, Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Depok, Forum Kerukunan Umat Beragama Kota Depok, serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pimpinan agama lainnya di Kota Depok menyampaikan pernyataan kesepakatan bersama soal pencegahan Covid-19.
Di antaranya, mereka bersepakat untuk sementara melarang kegiatan keagamaan yang dilakukan secara massal atau berjamaah di rumah-rumah ibadah.
Larangan itu, kata Wali Kota Depok Idris Abdul Somad di Balai Kota Depok, Jumat (20/03/2020), merupakan salah satu upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Di antara tindakan taktis, terintegrasi, dan extra monitoring, untuk menghambat Covid-19, katanya, yaitu membatasi pertemuan orang dengan strategi social distancing (jarak sosial) dan fisical distancing (jarak fisik).
“Kami bersepakat,” ujar Wali Kota Depok, “Melarang kegiatan keagamaan yang bersifat massal, jamaah, untuk semua agama. Termasuk di dalamnya shalat Jumat di masjid, misa di gereja, dan sejenisnya, serta melaksanakan ibadah untuk sementara waktu di rumah masing-masing,” lewat Instagramnya.
Baca: Cegah Corona, Forkopimda dan Tokoh Agama Depok Larang Sementara Ibadah Berjamaah
Jamaah Bersedih
Sehari sebelum keluar pelarangan dari Pemerintah Depok itu, kesedihan melanda jamaah Masjid Baitul Ihsan Perumahan Puri Insani 2, Grand Depok City (GDC). DKM Baitul Ihsan telah meniadakan pelaksanaan shalat Jumat, shalat berjamaah, kajian mingguan, dan lain sebagainya.
Keputusan itu disepakati bersama pengurus RW dan RT serta warga setempat. Diberlakukan sebagai tindak lanjut Fatwa MUI Pusat tentang penyelenggaraan ibadah dalam situasi wabah Covid-19.
Keputusan ini sebagai upaya pencegahan Covid-19 di lingkungan Puri Insani 2.
Di antara yang keputusan mereka yaitu mengimbau jamaah untuk shalat berjamaah di rumah beserta keluarga masing-masing.
“Adzan tetap dikumandangkan seperti biasa dengan ada penambahan kalimat “Shallu fi rihaalikum (shalatlah di rumahmu),” bunyi poin lain keputusan itu.
Meskipun keputusan itu bisa diterima para jamaah, menurut Ketua DKM Masjid Baitul Ihsan, Dodi, namun ternyata banyak warga yang merasa sedih karena ditiadakannya shalat berjamaah.
“Sejauh ini Alhamdulillah bisa diterima. Walaupun dari grup respons yang ada banyak bersedih,” ungkap Dodi menuturkan kepada hidayatullah.com, Kamis (19/03/2020).
Jamaah jadi sedih, tatkala dari speaker yang dipasang di setiap blok perumahan, pada waktu shalat terdengar azan masih berkumandang memenuhi seisi kompleks. “Tapi (jamaah) enggak boleh ke masjid,” ungkapnya.
Pada Sabtu (21/03/2020) saat hidayatullah.com menyambangi masjid tersebut, suasana cukup hening di sekitarnya. Kebanyakan warga perumahan terlihat mengenakan masker. Pada salah satu sisi masjid dan di beberapa sudut perumahan, dipasang spanduk-spanduk berisi informasi peniadaan shalat jamaah di masjid tersebut.
Dodi menilai ada sisi positif di balik semua fenomena tersebut. “Paling enggak ada hikmahnya. Jadi ingat ada nikmat tenang nyamannya beribadah selama ini yang mungkin jarang kami syukuri,” tutur Dodi.
Fonomena pro dan kontra di Kota Depok, antara mendengar imbauan tidak melaksanakan Jumat dan ada sebagian melaksanakan Jumatan, kata Rusmadiannur yang juga seorang dai, “Adalah wajah keseluruhan keadaan atau kesadaran dari masyarakat Muslim Indonesia.”* Muh. Abdus Syakur