KATA mempunyai urgensitas yang begitu dahsyat di dalam agama Allah. Satu kata bisa mewujudkan ridha Allah, satu kata bisa menjerumuskan seseorang ke murka-Nya.
Jadi, satu kata yang baik, bisa memberatkan mizan seorang hamba sehingga memasukkannya ke dalam surga, dan satu kata buruk bisa meringankan mizan seseorang sehingga menjerumuskannya ke dalam neraka.
Oleh karena itu, disebutkan di dalam Shahih Muslim satu hadits dari Abu Dzar r.a bahwasanya Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda:
“Janganlah kamu meremehkan satu kebaikan sedikit pun, meski hanya menemui saudaramu dengan wajah yang cerah.”
Jangan Anda katakan, ini adalah amalan sepele, ketaatan yang tidak seberapa. dan kurang berharga! Berapa banyak amal yang kecil menjadi besar karena niat? Berapa banyak amal besar yang menjadi hina karena niat?
Maka dari itu, janganlah meremehkan satu amal kebaikan pun wahai kaum muslimin. Tentunya, Anda sangat mampu menampakkan wajah yang ceria di hadapan saudara-saudara Anda. Tidak ada satu rumah pun yang terbebas dari problema. Namun, senyuman yang mungkin Anda remehkan itu, akan mampu menggembirakan hati yang sedih. Senyuman Anda sangat mungkin mampu menghilangkan penyakit psikologis saudara Anda.
Dengan demikian, apa dosa saudara Anda sehingga Anda harus menemuinya dengan muka masam dan cemberut? Padahal, Rasulullah telah memberitahu kita, sebagaimana termaktub di dalam hadits dari Abu Hurairah:
“Bahwasanya seorang pelacur melihat seekor anjing sedang berputar mengelilingi sumur di siang yang panas, ia menjulur-julurkan lidahnya karena haus. Lalu wanita itu mencopot sepatunya dan memberi minum anjing itu dengannya, sehingga ia diampuni (karena tindakannya ini).” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud)
Bila mengasihi seekor anjing saja bisa menghapus dosa pelacuran, lantas bagaimana dengan tindakan mengasihi orang yang bertauhid kepada Rabb langit dan bumi?
Benar, kita begitu memerlukan kasih sayang, kita membutuhkan kelembutan. Kasih sayang dan kelembutan selamanya tidak menimbulkan kehancuran dan kerusakan. Adapun kekerasan dan kebengisan hanya akan menghancurkan dan merusak.
Begitulah ketetapan Allah yang berlaku di dalam ciptaan-Nya. Tidak ada kelembutan pada sesuatu, kecuali ia akan menghiasinya, dan tidaklah kelembutan hilang dari sesuatu, kecuali ia menistakan sesuatu itu.
Di dalam satu hadits dari Ibnu Umar r.a, bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda:
“Seorang wanita diazab karena seekor kucing yang ia kurung hingga mati, sehingga ia masuk neraka karena kucing ini. la tidak memberinya makan dan tidak memberinya minum, namun mengurungnya, ia tidak melepaskannya sehingga ia bisa makan serangga tanah.” (HR Bukhari, Muslim)
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Oleh karena itu, Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam menyuruh kita, sebagaimana termaktub di dalam hadits dari Adi bin Hatim r.a:
“Jagalah diri kalian dari neraka meski dengan separuh biji kurma (yang disedekahkan).” (HR Bukhari, Muslim)
Seorang hamba bisa selamat dari neraka karena separuh biji kurma yang ia sedekahkan. Sebab, bila mizan menjadi berat karena satu kebaikan, seorang hamba akan berbahagia selamanya dan tidak akan sengsara. Bila mizan itu menjadi ringan karena satu keburukan, si hamba akan sengsara dan tidak akan bahagia.
Bila kedua sisi seimbang, ia termasuk golongan Al-A’raf. Menurut jumhur ahli ilmu, Allah akan merahmatinya dan memasukkannya ke dalam surga.*
Dari buku Detik-detik Pengadilan Allah karya Syaikh Muhammad Hassan.