Sambungan artikel PERTAMA
Hadits ini diucapkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, manusia teragung sejak empat belas abad yang lalu. Dinukil berantai oleh para penjaga sunnah hingga bisa kita dengar hari ini.
Hadits aslinya berbunyi:
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Dari Tsauban, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Hampir-hampir bangsa-bangsa (kafir) saling mengajak untuk memerangi kamu, sebagaimana orang-orang yang akan makan saling mengajak menuju piring besar mereka”, Seorang sahabat bertanya: “Apakah disebabkan dari sedikitnya kita pada hari itu?” Beliau menjawab: “Tidak, bahkan pada hari itu kamu banyak, tetapi kamu buih (sampah), seperti buih (sampah) banjir. Dan Allah akan menghilangkan rasa gentar (takut) dari dada (hati) musuhmu terhadap kamu. Dan Allah akan menimpakan wahn (kelemahan) di dalam hati kamu,” Seorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?” Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Cinta dunia dan takut mati.” [HR Abu Dawud, no. 4297; Ahmad (5/278); Abu Nu’aim di dalam Hilyatul-Auliya’ (1/182)]
Hadits ini, menurut Syeikh Salim bin ‘Ied al Hilali diriwayatkan oleh 15 ulama dan disimpulkan derajat kevalidannya ada pada level shahih.
Jihad dan Riba
Begitulah, kondisi umat Islam yang pernah mengalami masa-masa keemasan. Saat ini, kondisi umat sedang sakit. Virus al-wahn yang telah disampaikan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam telah menimpa dan seharusnya segera disembuhkan.
Bagaimana caranya dan kapan umat ini bias bangkit kembali? Adakah petunjuk nubuwwah untuk menyembuhkan ini semua? Jawabnya tentu saja ada.
Problematika ini bukan tanpa ujung. Kelemahan umat ini bukan tak bisa disembuhkan. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahkan sudah pernah berpesan tentang itu.
Adalah Abdullah ibnu Umar, salah seorang putra amirul mu’minin Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhuma pernah meriwayatkan hal ini. Beliau mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda,
Dari ‘Abdullah Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Apabila kalian telah berjual beli dengan cara Al-‘Inah dan kalian telah ridho dengan pertanian dan kalian telah mengikuti ekor-ekor sapi (-peternakan-) dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang (Allah) tidak akan mencabutnya sampai kalian kembali kepada agama kalian.” [HR. Abu Daud]
Transaksi ribawi dan kecintaan terhadap urusan dunia. Ditambah dengan tarkul jihad (meninggalkan jihad), itulah Al Wahn. Dan dalam hadits di atas Rasulullah sudah menyebutkan solusinya.
Tetapi, bagaimana realisasinya? Bagaimana mengajak umat kembali memperbaiki kondisi? Ishlahul ummah (memperbaiki kondisi umat) bukanlah pekerjaan ringan dan sebentar. Hal itu yang dulu terjadi pada Perang Salib, perang yang memakan waktu hampir 100 tahun. Berawal dari tahun 1095 dan berakhir di tahun 1187 saat Shalahuddin al Ayyubi memasuki al Quds.
Dr. Adian Husaini dalam mukaddimah buku beliau “Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi” menjelaskan tentang ini. Bagaimana kiprah Imam al Ghazali dalam meng-ishlah kondisi umat saat itu. Imam al Ghazali saat itu justru menulis kitab beliau yang monumental, Ihya’ Ulumiddin. Sebelum masuk tentang jihad qital (perang fisik) Imam al Ghazali ‘menghidupkan kembali ilmu agama’ (Ihya’ Ulumuddin). Yang dihidupkan ilmu agama pertama kali adalah membahas tentang perbaikan “nafs” (jiwa manusia), diawali dari bahasan tentang ilmu. Ini isyarat dari beliau, jika ingin jaya, pelajarilah kembali ilmu agama kita. Perbaiki jiwa (nafs / anfus).
Gerakan yang dipelopori oleh Imam al Ghazali ini dilanjutkan sampai beberapa generasi berikutnya. Ulama penerus beliau saat itu diantaranya adalah Syeikh Abdul Qadir Jailani, serta Ibnu Qudamah al Maqdisi.
Dr. Majid Irsan al Kilani dalam buku “Hakadza Zhahara Jiilu Shalaahiddin wa ‘Aadatil Quds” (Beginilah Lahirnya Generasi Shalahuddin dan Kembalinya al Quds) lebih detail lagi membahas tema ini. Intinya, umat harus kembali belajar agama dan menghidupkan amal jama’i (kerja kolektif, saling bekerja sama). Karena kemenangan Shalahuddin bukan kemenangan individu, tapi kemenangan sebuah generasi. Generasi yang dibangun puluhan tahun melalui halaqah-halaqah (majelis ilmu) para ulama.
Maka jika hari ini kita ingin perbaikan pada umat dan bangsa ini, mari kta meng-ihya’ Ulumiddin. Mari mengidupkan kembali ilmu agama lebih dulu. Mulai dari maa bil anfus (apa yang ada dalam jiwa), dengan harapan Allah akan mengubah apa yang ada dalam umat dan bangsa tercinta ini dan insyaAllah kejayaan umat akan bangkit dan penyakit al Wahn insyaAllah lenyap.*/Murtadha Ibawi, anggota “PENA” Yogyakarta