Keluarga model kuburan miskin komunikasi dan canda tawa, mereka berkumpul tapi hatinya bercerai, tidak ada zikir dan suara al-Quran, semua sibuk sendiri-sendiri, dan sibuk gadget-nya
Hidayatullah.com | DI pemukiman kita mengenal bermacam tipe dan jenis rumah. Mulai tipe rumah sederhana, tipe rumah menengah, hingga tipe rumah mewah alias elit. Namun semua itu hanya bersifat fisik, tidak menjamin penghuninya sakinah tinggal di dalamnya.
Ada orang yang memiliki rumah bertipe elit, namun di dalamnya belum tentu adakah sakinah (ketenangan). Sebaliknya, ada orang yang rumahnya tidak bertipe, namun ada sakinah tinggal di dalamnya.
Semua itu kembali pada sejauhmana kelapangan dada para penghuninya. Rumah lapang terasa sempit, dan rumah sempit terasa lapang.
Begitu pula dalam keluarga dan rumah tangga, terdapat bermacam tipe keluarga. Nah, tipe keluarga apakah yang kita inginkan?
Sebelum membangun keluarga hendaknya seseorang mengenali terlebih dahulu terkait tipe-tipe keluarga yang diinginkan.
Pertama, keluarga model kuburan
Yaitu, tipe keluarga yang senyap dan sepi dari komunikasi. Jika ada yang bertanya, jawabannya cukup dengan anggukan kepala jika setuju atau menggelengkan kepala jika tidak setuju.
Keluarga tipe kuburan berkomunikasi seperlunya. Mereka berkumpul, tetapi hati mereka bercerai-berai, tidak ada canda dan ketawa, jarang sekali ada ngobrol-ngobrol bareng. Masing-masing anggota keluarga asyik dengan urusannya sendiri-sendiri, dan sibuk dengan gadget nya.
Yang lebih penting adalah tipe rumah seperti ini tidak ada suara lantunan Al-Quran, tidak ada zikir, dan tidak produktifitas ibadah lain. Dari Abu Hurairah, Nabi ﷺ bersabda,
لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganalah jadikan rumah kalian seperti kuburan karena setan itu lari dari rumah yang didalamnya dibacakan surat Al Baqarah.” (HR. Muslim no. 1860).
Kedua, keluarga model rumah sakit
Yaitu, tipe keluarga di mana seluruh keluarga baru dapat berkumpul jika ada anggota keluarga yang sakit. Jika dalam keadaan sehat, masing-masing anggota keluarga sibuk dengan urusan masing-masing, tidak atau jarang memiliki waktu untuk duduk bersama.
Keluarga tipe rumah sakit ini cenderung masing-masing dari anggota keluarga merasa paling berjasa, senang mengungkit jasa, dan merendahkan yang lainnya. Maunya serba dilayani dan diperhatikan. Jika dikelola secara baik, keluarga tipe rumah sakit dapat bisa diarahkan pada penyadaran bahwa tidak ada orang yang senantiasa sehat, karenanya diperlukan untuk saling membantu satu sama lainnya.
Ketiga, keluarga model pasar
Yaitu, tipe keluarga yang tidak pernah sepi, dan senantiasa bising. Mulai pagi sampai pagi lagi, ada saja kegaduhan yang membuat kebisingan sepanjang waktu.
Jika komunikasi, terbiasa dengan intonasi cepat, tinggi dan nyaring. Seringkali membuat orang lain yang mendengar dibuat bingung dan sulit membedakan apakah sedang bercanda, berdebat ataukah diskusi keluarga.
Keluarga tipe pasar ini cenderung serba perhitungan, misalnya, suami mau membelikan pakaian kepada istri jika istri mau membuatkan minuman kopi. Istri mau mencuci pakaian suami dengan hasil yang terbaik jika dikasih uang lebih.
Semua diukur materi. Hatta, kasih sayang yang seharusnya tumpah di rumah, diberikan dan diukur dengan materi sehingga cenderung pelit dan materialistis.
Jika dikelola secara baik, keluarga tipe pasar ini bisa diarahkan untuk bekerja keras, tidak boros, hemat dalam membelanjakan harta agar bisa banyak berinfak dan penyadaran diri untuk mengelola waktu dengan banyak beramal shaleh agar tidak menjadi orang yang merugi.
Baginda Nabi ﷺ bahkan menganjurkan banyak bersedekah untuk keluarga. Berdasarkan riwayat Imam Muslim, dijelaskan nafkah kepada keluarga lebih baik pahalanya dari sedekah sunnah.
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
“Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi).” (HR. Muslim no. 995).
Keempat, keluarga model sekolah
Yaitu, tipe keluarga yang antar anggota keluarga memiliki hubungan harmonis. Seperti dalam ruang kelas, mereka saling belajar dan mengajar.
Setiap tutur kata dan komunikasinya lembut. Jika bertemu merasa bahagia dan saat berpisah selalu merasa rindu ingin cepat bertemu kembali.

Keluarga tipe sekolah dihiasi suasana akhlak, adab dan ilmu. Fungsi pendidikan bisa diterapkan dalam keluarga tipe ini.
Ayah dapat memerankan diri sebagai kepala sekolah, ibu sebagai guru, dan anak-anak sebagai muridnya. Jika dikelola secara baik, keluarga tipe sekolah bisa diarahkan untuk menjadi teladan bagi anggota keluarga lainnya, disiplin waktu, dibiasakan membuat perencanaan bulanan hingga tahunan, dan evaluasi sehingga ada progres dari masing-masing anggota keluarga.
Kelima, keluarga masjid
Yaitu, tipe di mana suasana dalam keluarga ini penuh dengan kedamaian, hangat, kadang senyap, kadang ramai, ramah dan cepat menyesuaikan diri dengan suasana lingkungan. Keluarga tipe masjid ini menggabungkan hal yang positif dari tipe keluarga kuburan, rumah sakit, pasar, dan sekolah.
Jika dikelola secara baik dan dapat menggabungkan hal yang positif dari tipe keluarga kuburan, tipe pasar, tipe rumah sakit, dan tipe sekolah maka dapat memberikan kebahagiaan dan sakinah dalam menjalani kehidupan dan mengantarkan kepada keluarga yang samara (sakinah mawaddah dan rahmah) yang sehidup sesurga.
أَحَبُّ الْبِلاَدِ إِلَى اللَّهِ مَسَاجِدُهَا وَأَبْغَضُ الْبِلاَدِ إِلَى اللَّهِ أَسْوَاقُهَا.
“Tempat yang paling dicintai oleh Allah adalah masjid dan tempat yang paling dibenci oleh Allah adalah pasar.” (HR: Muslim, no. 671)
Masjid tempat berkumpul orang yang shaleh, bersih lahir dan batin, terjaga lisannya, dan sifat-sifat baik lainnya. Hanya orang-orang yang beriman akan selalu siap memakmurkan masjid.
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا ٱللَّهَ ۖ فَعَسَىٰٓ أُو۟لَٰٓئِكَ أَن يَكُونُوا۟ مِنَ ٱلْمُهْتَدِينَ
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS: At-Taubah [9]: 18).
Pada prinsipnya, Allah Subhanahu Wata’ala telah menyiapkan setiap orang agar rumah yang kita huni menjadi tempat nyaman dan penuh ketenangan. Nah, untuk yang terakhir ini, tergantung manusianya, bagaimana cara kita mengelola itu agar rumah yang kita tempati menjadi pusat ketenangan, bukan sumber konflik.
وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّنۢ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا
“Allah menjadikan untuk kamu rumah-rumah kamu sebagai tempat ketenangan.” (QS: an-Nahl: 80)
Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar dapat membangun keluarga yang diberkahi bertipe seperti masjid sehingga mengantarkan kepada fiddunya hasanah wa fil-akhirati hasanah. Amin.*/ H. Imam Nur Suharno, penulis buku Keluarga Samara Sehidup Sesurga