12. Kaum Saba
Awalnya, mMereka diberi berbagai kenikmatan berupa kebun-kebun yang ditumbuhi pepohonan untuk kemakmuran rakyat Saba. Karena mereka enggan beribadah kepada Allah walau sudah diperingatkan oleh Nabi Sulaiman, akhirnya Allah menghancurkan bendungan Ma’rib yang menjadi sumber kemakmuran mereka dengan banjir besar (Sailal ‘Al-Arim) (QS Saba (34): 15-19).
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun”. (QS: Saba’ [34]: 15)
فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُم بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَى أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِّن سِدْرٍ قَلِيلٍ
“Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (QS. Saba’ [34]: 16).
Maksudnya: banjir besar yang disebabkan runtuhnya bendungan Ma’rib. “Pohon Atsl” ialah sejenis pohon cemara, sebagian mengatakan sejenis pohon bidara.
ذَلِكَ جَزَيْنَاهُم بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلَّا الْكَفُورَ
“Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran me reka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (QS: Saba’ [34]: 17)
وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّاماً آمِنِينَ
“Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman.” (QS: Saba’ [34]: 18)
Yang dimaksud dengan “negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya” ialah negeri yang berada di Syam, karena kesuburannya; dan negeri- negeri yang berdekatan ialah negeri-negeri antara Yaman dan Syam, sehingga orang-orang dapat berjalan dengan aman siang dan malam tanpa terpaksa berhenti di padang pasir dan tanpa mendapat kesulitan.
Demikianlah Allah Subhanahu Wata’ala memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Allah juga menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.

Akhirnya bercerai-berai
Sebagaimana ditekankan dalam Surat Saba, awalnya mereka hidup diberkahi dengan kebun-kebun anggur yang subur dan luar biasa indah. Ia termasuk kota yang disukai pada masa itu.
Dengan standar kehidupan yang tinggi, seharusnya yang dilakukan oleh Kaum Saba’ menjadi taat tetapi sebaliknya. Mereka mengklaim semua kemakmuran itu sebagai milik mereka dan menganggap negeri itu adalah milik mereka sendiri dan memilih sombong bukan-nya bersyukur ( Al-Quran menyebutnya “berpaling dari Allah”).
Dalam Al Quran, disebutkan, azab akhirnya dikirimkan Allah kepada kaum Saba’ berupa “Sail Al Arim” (banjir Arim). Kata “Arim” berarti bendungan/rintangan. Penyebutan “Sail Al-Arim” guna menjelaskan sebuah banjir yang datang dengan runtuhnya bendungan-bendungan.
Setelah runtuhnya dinding bendungan, seluruh negeri Saba’ digenangi banjir. Gunung-gunung runtuh dan sistem pengairan mereka hancur berantakan. Akibatnya, kawasan-kawasan yang awalnya indah berubah menjadi hutan. Tidak ada lagi buah yang tersisa kecuali buah seperti ceri dari pepohonan kecil bertunggul.
Setelah bencana banjir Arim, daerah tersebut mulai berubah menjadi padang pasir dan kaum Saba’ kehilangan sumber pendapatan mereka yang terpenting dengan hilangnya lahan pertanian mereka. Setelah musibah besar yang dikirim Allah atas mereka, kaum ini mulai terpecah-belah, sebagian meninggalkan rumah-rumah mereka dan berpindah ke Arab Selatan, Makkah, dan Suriah.
Demikianlah kisah kaum-kaum yang dinistakan Allah subhanahu Wata’ala akibat kesombongan dan perilakunya yang berpaling dari Allah Subhanahu Wata’ala. Semoga ini bisa menjadi pelajaran bersama. Wallahu a’lam bish showab.*
Penulis kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus, Jawa Tengah