SESUNGGUHNYA kegagalan itu bagian dan salah satu jenis dari ujian. Ia termasuk bagian dan jenis musibah yang dapat dihadapi.
Kebanyakan darinya dapat diselesaikan, dan orang bisa keluar darinya bila solusinya telah diterapkan terhadap sebab-sebabnya dan langkah-langkah antisipasinya. Untuk lebih memperjelas hal ini, akan diberikan beberapa contoh. Ada beberapa jenis kegagalan yang kita hadapi dalam kehidupan, seperti kegagalan dalam kehidupan rumah tangga, kegagalan dalam bekerja dengan pimpinan di tempat kerja, kegagalan dalam mendidik anak, kegagalan meraih promosi dan peningkatan jabatan yang dicita-citakan dan diusahakan, kegagalan dalam bisnis, atau kegagalan seorang murid dalam ujiannya.
Ada beberapa pemikiran, tetapi ia bukanlah langkah-langkah yang harus diikuti dengan berurutan dan teratur. Ketika orang menguasai pemikiran-pemikiran ini dan terfokus padanya, ia dapat meningkatkan kemampuan dan seni menyelesaikan serta menghadapi kegagalan.
Pemikiran-pemikiran tersebut sebagai berikut:
Pertama
Pemikiran pertama yang harus dilakukan oleh orang ketika merasakan kegagalan atau tanda-tandanya, adalah membaca istirja`, yaitu inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, la haula wala’ quwwata illa billah (sesungguhnya kita milik Allah dan hanya kepada-Nya kita kembali. Tidak ada upaya dan tidak ada kekuatan, melainkan dengan Allah).
Allah telah menjelaskan langkah ini dan mensyariatkannya bagi kita:
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kita milik Allah dan hanya kepada-Nya kita kemba1i). (al-Baqarah: 156).
Inti dari istirja’ adalah kembali kepada Allah dan mengembalikan segala urusan kepada-Nya. Inilah qadha dan qadar-Nya dan kita harus menyerahkan diri, ridha, serta menerima apa pun yang ditentukan-Nya. Allah memiliki hukum-Nya yang pasti terlaksana dan ketentuan takdir-Nya yang tidak kita ketahui rahasia-rahasianya.
Kedua
Usirlah perasaan-perasaan galau, sedih, dan kegagalan. Hadapilah kegagalan itu dengan kepercayaan diri dan keyakinan akan rahmat Allah, keadilan-Nya, serta taufik-Nya.
Sesungguhnya bisa jadi dalam kegagalan ini ada kunci-kunci kesuksesan. Allah boleh jadi menutup pintu-pintu kesuksesan di suatu tempat dan membukanya lebar-lebar di tempat yang lain. Dia bisa menilai sikap seorang hamba dalam menghadapi ujian yang diujikannya dan membalasnya sesuai dengan sikapnya itu.
Kami telah menyaksikan ketahanan orang dalam menghadapi kegagalan dan krisis, banyak sekali pengaruhnya dalam kehidupannya. Orang yang bertahan di hadapan kegagalan dan memohon bantuan kepada Allah dalam menghadapinya, boleh jadi ia keluar darinya dalam kondisi yang lebih kuat, kemauan yang lebih keras, lebih percaya diri, dan lebih bersandar kepada Allah.
Sebaliknya, orang yang berserah diri terhadap kegalauan, kesedihan, malas menghadapinya, atau lari daripadanya, pasti dikuasai oleh perasaan-perasaan merana dan diliputi oleh pengaruh kegagalan serta putus asa terhadap masa depannya. Dalam hadits yang mulia terdapat isyarat terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari perkara-perkara tersebut dalam kehidupan orang.
Rasulullah mengarahkan kita untuk berlindung darinya, Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegalauan dan kesedihan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan.
Ketiga
Ingatlah nikrnat-nikmat Allah atas diri kita dan karunia-Nya atas diri kita berupa kesehatan, harta benda, serta nikmat-nikmat lain yang tidak terhitung dan terhingga.
Ingatlah bahwa kita diliputi oleh kenikmatan-kenikmatan Allah, mulai dari ujung rambut Kita hingga ujung jari kaki. Sesungguhnya apa yang menimpa kita hanyalah perkara remeh, sementara, atau kecil. Hal itu tidak pantas membuat kita berputus asa dan sedih.
Sesungguhnya Allah Maha Berkuasa untuk menggantinya dengan yang lebih baik. Dia-lah yang memberi, mengambil, melapangkan, mempersempitkan, membahagiakan, dan membuat kita merana. Dengan menguasai pemahaman ini, ada pengaruh yang sangat besar dalam meruntuhkan perasaan-perasaan yang timbul dari kegagalan dan ujian bala’ dari Allah.*/Ibrahim bin Hamd Al-Quayyid Khalid bin Abdul Aziz Al-Mubarak, dari bukunya Panduan Menuju Hidup Bahagia dan Sukses. [Tulisan selanjutnya]