Hidayatullah.com– Sebuah surat misterius membuat heboh jamaah masjid. Di atas podium, Pemimpin Umum Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad berdiri.
Sang kiai “mencari-cari” seorang pria keturunan Tionghoa. Pria bermata sipit itu adalah pemicu kehebohan tersebut. Umat Islam setempat yang baru saja selesai shalat, dibuat terperanjat.
Kejadian bermula dari “tingkah” seorang remaja asal Mahakam Ulu (Mahulu), sebuah Kabupaten berpenduduk mayoritas non-Muslim di Kalimantan Timur.
Jumat sore, 6 Ramadhan 1443 H (08/04/2022) itu, terungkap, ada seseorang misterius yang mengirimkan surat kepada sang kiai.
“Beberapa hari lalu saya baca Al-Qur’an, pas saya buka (mushaf) eh ternyata ada (terselip) surat,” ungkap Kiai Abdurrahman Muhammad di Masjid Ar-Riyadh, Gunung Tembak, Balikpapan, Kaltim.
Jelas saja pengakuan itu membuat kaget jamaah. Bisa jadi ada yang tegang menerima info pengiriman surat misterius itu. Berani-beraninya ada orang mengirimkan surat secara misterius kepada Pemimpin Umum, ada apa? kira-kira begitu mungkin kekhawatiran di benak jamaah Hidayatullah.
Surat itu diketahui memang tanpa disertai identitas nama pengirim sama sekali. Di dalam kertas itu, sang pengirim surat menyampaikan satu permintaan kepada sang kiai. Begitu mendengar permintaan itu, jamaah di masjid malah tertawa.
“Dia ada bilang begini, ‘kalau sekiranya berkenan bolehkah ustadz memberikan saya syal’,” tutur Kiai Abdurrahman membuat jamaah tergelitik. Ternyata isi suratnya “tidak jadi bikin tegang”.
Tapi tetap saja mengundang kehebohan. Bagaimana tidak, sorban yang sudah menjadi ciri khas sang kiai itu ingin dimiliki oleh pengirim surat misterius itu.
Lalu bagaimana tanggapan Sang Kiai? Apakah ia berkenan langsung memberikan sorbannya?
Alih-alih begitu, Kiai Abdurrahman justru sempat merasa bingung, makhluk apa itu syal, hehehe…. Sesaat setelah membaca surat itu, tuturnya, ia menanyakannya kepada beberapa orang santri, ternyata juga pada tidak tahu.
“Saya tidak tahu syal itu apa, karena tulisannya juga agak susah dibaca, saya panggil santri suruh dibaca ulang, baru saya tanya syal itu apa?” ceritanya, menambah kehebohan jamaah yang merasa lucu.
Kemudian, lanjutnya bercerita, salah seorang santri lain yang ditanya, berkata, “Sorban ini kayaknya (yang dimaksud syal), ustadz,” lanjut Kiai Abdurrahman sembari tertawa kecil dengan logat khas Balikpapan.
Setelah paham maksud pengirim surat itu, sang kiai segera menuruti permintaannya. Sorban yang akan diberikan kepada pengirim surat itu pun segera disiapkan.
“Saya sudah taruh (sorbannya) di atas situ (tempat Al-Qur’an, red), sudah 2 hari, tapi ndak diambil-ambil, saya rasa dia malu,” ujar Kiai Abdurrahman menduga.
Lalu ia kepikiran membikin surat balasan ke pengirim surat itu. “Baru saya taruh juga di dekat situ (tempat Al-Qur’an). Tapi saya pikir dia pasti tambah malu lagi, jadi saya batalkan,” tambahnya lagi-lagi membuat jamaah tergelitik.
Setelah lama menceritakan kejadian unik itu di atas mambar, Kiai Abdurrahman pun bertanya kepada publik Masjid Ar-Riyadh. Siapa gerangan yang merasa menulis surat itu?
Pantauan hidayatullah.com, tidak seorang pun yang mengakuinya. “Silakan ambil (sorban itu),” ujar Kiai. Belum ada yang mengaku.
Jurusnya pun dikeluarkan. Kata Kiai Abdurrahman, kalau nanti tidak ada yang mengaku mengirim surat itu, siapa saja boleh mengambil sorban darinya itu.
Sontak saja, seorang santri tampak mengangkat tangan dengan malu-malu. Sikapnya pun disambut tawa sekaligus kekaguman jamaah atas keberaniannya.
Singkat cerita, bakda ceramah sekitar 1 jam, sang santri itu pun menemui Kiai Abdurrahman di dekat mimbar. Sang kiai lantas memberikan hadiahnya kepada pengirim surat misterius itu.
Santri pemberani itu adalah Lucky Karl Farrel Salim (17 tahun). Kedua orang tuanya juga Muslim. Ayahnya keturunan China, ibunya bersuku Mandar. Saat ditemui hidayatullah.com, santri kelas 4 Sekolah Menengah Hidayatullah (SMH/1 MA) Balikpapan ini tak mampu menyembunyikan kebahagiaannya.
Bagaimana ceritanya kok terpikir mengirim surat ke Pemimpin Umum Hidayatullah?
“Saya pengen pulang kampung, mau berdakwah, membantu Ustadz Taufik, cuman saya pengen dapat berkahnya dari yang paling tinggi (di kepemimpinan Hidayatullah). Makanya saya nekat tulis surat terus saya sempilkan di Al-Qur’annya Ustadz Abdurrahman Muhammad,” tutur Lucky.
Selain sorban merah, sang kiai menambahkan hadiah lain dalam bungkusan itu, yaitu selembar sarung.
“Alhamdulillah,” ungkap Lucky senang. Sehari sebelum meninggalkan Gunung Tembak untuk liburan sembari berdakwah, permintaannya dikabulkan Allah lewat hadiah pemberian Kiai itu.
Sebagai informasi, nama seseorang yang dimaksud di dalam surat itu adalah ustadz muda Muhammad Taufik. Dai Hidayatullah yang telah bertahun-tahun berdakwah di Mahulu. Lucky merupakan salah seorang santri binaan Taufik.* (Asrijal/Syakur/MCU)