Hidayatullah.com | “BANG, Bang! Tolong fotokan!”
Seketika aku menghentikan aktivitas di rumah mendengar panggilan itu.
Ada apa siang-siang begini diminta foto. Cuaca di luar begitu menyengat. Menariknya dimana?
Sebagai penghobi fotografi, memotret di luar rumah memang lumrah, tapi biasanya waktu terbaik adalah pagi dan sore, sinar mentari sedang hangat-hangatnya.
Namun hari itu, Rabu (06/05/2020), matahari hampir tepat di atas kepala. Langit pun cerah. Cahaya sang surya “tanpa penghalang” ke bumi. Bayangkan sendiri betapa panasnya cuaca.
Apalagi saat sedang berpuasa: lapar, haus, lelah, sungguh nikmat mengademkan diri di dalam rumah dengan pendingin ruangan; menikmati ibadah Ramadhan seperti mengaji, atau beristirahat.
Tapi bagi Ikhwan, salah seorang warga di sebuah kompleks kontrakan di Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, ada yang sedang disiagakan.
Pemuda yang baru beberapa tahun berumah tangga ini, siang itu sudah berjaga-jaga. Saking siaganya, ibunya turut melibatkan diri.
Suasana sedang sepi. Belakangan ini di Depok memang kerap terjadi tindak kejahatan, seperti perampokan di tengah jalan. Bahkan beberapa hari lalu di dekatnya rumahnya terjadi penjambretan terhadap seorang wanita dan tertangkap kamera CCTV masjid.
Sedari tadi Ikhwan sudah menyiapkan sesuatu dalam menemaninya bersiaga. Benda itu akan segera dikeluarkan jika waktunya tiba.
“Buuuuurrrr, Buuuuurrrr!!” Tiba-tiba suara khas seseorang terdengar seiring deru sepeda motor yang dikendarai memasuki kompleks.
Mendengar itu, Ikhwan segera “melompat” ke luar rumah.
Rupanya, ia sedari tadi sedang menunggu penjual bubur sumsum.
“Buuuuurrrr, Buuuuurrrr!!”
Apa yang akan terjadi?
Ikhwan tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Perutnya jelas saja keroncongan. Waktu berbuka puasa masih berjam-jam lamanya. Dan siang itu sebuah kesempatan tak ingin disia-siakan. Cepat dia bertindak. Penjual bubur yang memang rutin ke kompleks itu segera dicegatnya sebelum berbalik arah. Maka terjadilah sesuatu di luar dugaan.
Ya, di luar dugaan penjual bubur itu, dia tak menyangka. Di saat pelanggannya menyusut drastis termasuk di kompleks ini, tapi siang itu Ikhwan malah menyetopnya.
Apalagi, ternyata Ikhwan bukannya membeli bubur sumsum. Melainkan memberikannya satu bungkusan bertulisan “Paket Sembako”.
Ikhwan adalah salah seorang petugas Laznas Baitul Maal Hidayatullah. Di antara tugasnya adalah mencari warga yang terdampak pandemi Covid-19 dan memberikan bantuan masyarakat yang diamanahkan lewat BMH.
Meski sedang bekerja di rumah (work from home/WFH), Ikhwan siang itu tetap berseragam lengkap khas kantornya: putih kombinasi oranye, plus peci putih.
Senyumnya pun tersungging setelah berhasil bertemu Inzar, penjual bubur sumsum itu. Ternyata, sudah hampir sepekan ia menunggu kedatangan pedagang yang sudah diincarnya itu.
“Udah 5 hari ane tungguin nggak dateng-dateng,” tutur ayah satu anak ini kepadaku, Kamis (07/06/2020).
Rupanya Inzar sempat tidak berjualan karena sepeda motornya bermasalah. “(Pada) businya,” tuturnya di sela-sela menerima bantuan tersebut.
Dalam pengakuannya, pria kelahiran 1962 asal Wonogiri ini sudah lima tahun jualan bubur sumsum. Dan, di masa pandemi Covid-19 ini ia merasa sangat terdampak, pendapatannya menurun dan sering tidak menentu.
Meskipun pembelinya kurang, Inzar yang hidup bersama istrinya saja ini tetap gigih mencari nafkah.
“Ya, terus saja dicoba, Mas. Siapa tahu, ya, kan (ada yang beli). Walaupun seringnya ya, susah, turun terus,” ujarnya.
Setiap bulan Ramadhan, Inzar sudah menyiasati penjualannya. Seperti berangkat jualan pada siang hingga sore hari –biasanya pagi– dan mengurangi stok yang dijual.
“Tapi tetap, hasilnya memang harus sabar, penjualan tidak banyak,” ungkapnya. Apalagi dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar yang begitu berdampak.
Inzar sadar bahwa situasi sulit ini memang melanda hampir siapa saja.
“Saya maklumi lah,” tutur pria yang tinggal di salah satu gang di Depok ini.
Inzar mengaku, dari hasil dagangannya hanya buat hidup sehari-hari. Jangankan mau mikir jadi kaya, yang penting sudah bisa buat makan sehari-hari pun sudah sangat ia syukuri.
“Cukup gak cukup itu di sini,” ungkap Inzar sembari menunjuk bagian hatinya.
Jadi, walaupun seseorang mendapatkan rezeki yang banyak, jika tidak bersyukur, berarti tidak cukup. Tapi walaupun menerima sedikit saja, jika bersyukur, berarti cukup. Demikian prinsip yang dipegangnya.
Makanya, ketika di tengah perjuangannya mencari nafkah siang itu, Allah justru memberinya rezeki dalam bentuk lain, Inzar tampak begitu gembira.
“Terima kasih banyak ini buat BMH,” ujarnya setelah menerima bantuan paket sembako yang merupakan program untuk membantu ketahanan pangan pejuang keluarga yang terdampak Covid-19.
“Terima kasih banyak ini, terima kasih banyak ini buat yang memberikan (sembako BMH),” ungkapnya seakan menegaskan, lantas berpamitan, melanjutkan perjuangannya hari itu menafkahi keluarga.
Ikhwan pun turut bergembira siang itu. Amanah kemanusiaan yang diembannya sukses. Senyumnya mengalahkan keindahan bunga depan rumahnya. “Sekitar 1 jam setengah (saya menunggu Inzar). Soalnya beliau dateng 13.30 WIB,” tuturnya.
Penulis juga senang bisa berpartisipasi walau cuma mengabadikan serah terima amanah umat yang dipertanggungjawabkan itu.* Abdus Syakur