Hidayatullah.com--Berbagai krisis di Mesir yang mengiringi demonstrasi dan kudeta terhadap Presiden Mohammad Mursy pada 3 Juli lalu adalah skenario rezim militer loyalis Husni Mubarak. Hal itu diungkapkan oleh Ahmad Muhammad Fahmy al-Watidi, Ketua Hubungan Internasional al-Ikhwan al Muslimun (IM), dalam pertemuan dengan Ormas-ormas Islam Indonesia di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta, Rabu (04/09/2013).
Al-Watidi menjelaskan, selama pemerintahan Mursy, para konglomerat loyalis Mubarak mengucurkan dana jutaan dolar AS ke berbagai media massa untuk pemberitaan negatif kepemimpinan Mursy. Katanya lagi, para konglomerat yang disokong para jendral militer juga membayar stasiun-stasiun pengisian bahan bakar untuk menahan penjualan mereka hingga terjadi antrian panjang di mana-mana.
“Jadi ini adalah krisis yang direkayasa untuk menggagalkan Mursy,” jelas al-Watidi.
Sementara di saat yang sama media masa tidak membertikan secara signifikan sejumlah keberhasilan Mursy di antaranya swasembada bahan pangan dan masuknya sejumlah investasi asing.
“Untuk pertama kalinya Samsung, IPad, dan sejumlah mobil dibuat di Mesir,” katanya.
Dalam kesempatan itu, para Ormas Islam yang hadir memberikan dukungannya terhadap perjuangan IM dan rakyat Mesir merebut kembali legitimasi mereka yang sah.
“Kami tidak setuju, siapapun yang berkuasa secara sah dikudeta,” kata Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah.
Di antara perwakilan Ormas Islam yang hadir, Muhammadiyah, PERSIS, Matla’ul Anwar, al-Irsyad al-Islamiyah, MIUMI, Sarekat Islam, dan perwakilan MUI.*