Masjid Al-Azhar, dengan sejarahnya yang panjang, menjadi benteng ilmu pengetahuan, benteng agama, sekaligus berperan melawan berbagai bentuk ketidakadilan
Hidayatullah.com | DI BAWAH naungan Syeikh Dr. Ahmad At-Tayyib, Imam Besar Al-Azhar, har Jumat, 7 Ramadan 1446 H (7 Maret 2025 M), Al-Azhar menggelar perayaan miladnya yang ke-1085 dalam kalender hijriyah.
Acara berlangsung di dalam Masjid Al-Azhar dengan dihadiri Wakil Al-Azhar, para ulama senior dan pemimpin Al-Azhar Ash-Sharif, berbagai tokoh penting dari pemerintahan, ulama, serta pelajar dari berbagai negara, dan masyarakat Mesir.
Menurut Syeikh Ahmad Tayyip, 1.085 tahun yang lalu shalat pertama kali digelar di Masjid Al-Azhar, menjadi awal perjalanan dakwahdan peradaban, ilmu pengetahuan dan keadilan, identitas dan patriotisme, yang hasilnya menarik hati umat Islam di seluruh dunia.

“Dan hari ini, pada peringatan hari berdirinya (institusi ini), aku menyampaikan seruan kepada umat Muslim di seluruh dunia agar mereka lebih mementingkan persatuan mereka dan menyatukan suara mereka. Aku memohon kepada Allah, sebagaimana Al-Azhar Asy-Syarif telah menjadi sumber ilmu dan panutan bagi umat Islam selama beberapa dekade, semoga ia senantiasa menjadi simbol bagi persatuan umat, dengan semua ragam dan komponennya..”
Syeikh Salama Dawud, Direktur Universitas Al-Azhar, menegaskan bahwa Masjid Al-Azhar, dengan sejarahnya yang panjang, merupakan benteng ilmu pengetahuan, benteng agama, dan pusat bahasa Arab.
Misi-misi Al-Azhar merupakan fondasi kebangkitan modern di Mesir berkat tangan para ulamanya
“Allah telah menganugerahkannya sebagai hadiah untuk Mesir dan dunia, dan perisai bagi bangsa, yang menangkal malapetaka waktu dan kemalangan berbagai peristiwa,” ujarnya.
Ia menambahkan upaya yang dilakukan oleh Yang Mulia Imam Besar, Al Azhar Syeikh Ahmed Al-Tayyib, dalam berbagai dialog tak lain bertujuan untuk menolak perpecahan dan fanatisme serta bersatu di atas dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum yang telah disepakati oleh umat, meskipun berbeda-beda mazab.
“Demikianlah, Al-Azhar menjalani abad-abad yang panjang ini dengan menghasilkan ilmu pengetahuan, dan misi-misi yang dikirim Muhammad Ali Pasha ke Eropa berasal dari putra-putra cemerlang Al-Azhar, yang di pundak mereka fakultas-fakultas kedokteran, teknik, dan ilmu-ilmu terapan lainnya didirikan di Mesir tercinta. Serta kebangkitan modern di Mesir melalui tangan para ulama Al-Azhar,” ujarnya.
Ia mengibaratkan Al-Azhar –baik di masa lalu maupun masa kini— bak matahari. Siapa pun yang mendekatinya akan melebur ke dalamnya.
Ia mengatakan, tidak ada negara di dunia yang mengingkari peran Al-Azhar dalam menyebarkan ilmu pengetahuan.
Tidak ada negara di dunia ini yang tidak memiliki peran Al-Azhar dalam menyebarkan ilmu, wasathiyah, dan adil. “Mereka yang datang ke kampusnya – saat ini, ada sekitar enam puluh ribu mahasiswa yang datang dari sekitar seratus tiga puluh negara – adalah pembawa cahaya, Islam, dan moderasi bagi negara mereka. Mereka adalah lembaga dan universitas Al-Azhar di negara-negara di dunia.”
Wakil Al-Azhar Syeikh Prof. Dr. Muhammad Abdurrahman Adh-Dhuwaini menegaskan bahwa perayaan ini bukan sekadar mengenang berdirinya Al-Azhar, tetapi menjadi momentum bagi umat Islam untuk memperbarui hubungan dengan lembaga ini dan para ulamanya.
Ia menekankan bahwa Al-Azhar tidak pernah berhenti menebarkan cahaya ilmu dan dakwah ke seluruh dunia, sekaligus berperan dalam melawan berbagai bentuk ketidakadilan.
Syeikh Ad-Duwaini mengatakan bahwa Al-Azhar adalah anugerah ilahi dari Allah untuk bangsa ini, untuk mengekspresikan semangat Islam, membawa cahaya wahyu ke seluruh dunia, dan mempersembahkan kepada umat manusia .
Sejarah Al-Azhar
Masjid Al-Azhar yang bersejarah di Kairo merupakan bangunan arsitektur artistik pertama yang dibangun oleh Dinasti Fatimiyah, dinasti Islam yang memerintah Mesir, Afrika Utara, dan sebagian Jazirah Arab dari abad ke-10 hingga ke-12.
Al-Azhar didirikan oleh Fatimiyah Jawhar al-Siqilli di bawah perintah Khalifah Al-Mu’izz li-Din Allah. Lembaga ini semula dirancang sebagai masjid di ibu kota Kairo yang baru saja didirikan.
Pembangunan dimulai pada tahun 972 M yang bertepatan dengan hari ketujuh Ramadhan. Masjid secara resmi dibuka untuk shalat pada tahun 972 M dan direnovasi 300 tahun kemudian, menurut pernyataan dari situs web Egypt History.
Nama Al-Azhar secara umum dianggap merujuk kepada Fatimah Al-Zahra, putri Baginda Nabi Muhammad.
Al-Azhar dengan cepat berkembang menjadi pusat utama pembelajaran Islam, yang menarik para cendekiawan dari seluruh dunia Muslim.
Sejak didirikan, Masjid Al-Azhar tidak hanya berfungsi sebagai masjid untuk shalat, tetapi juga sebagai universitas dan membuka pintunya bagi para cendekiawan dan mahasiswa dari seluruh dunia, tempat ilmu-ilmu agama, bahasa, dan filsafat diajarkan, serta isu-isu kontemporer dibahas.
Selama berabad-abad, Al-Azhar telah berkembang menjadi mercusuar ilmu pengetahuan yang tidak berpihak pada ekstremisme atau kekerasan, melainkan mewakili jantung yang berdetak dengan sikap wasathiyah dan koeksistensi.
Setelah jatuhnya Dinasti Fatimiyah oleh Sultan Al-Malik an-Nasir Salahudin al-Ayyubi pada abad ke-12, yang sempat meniadakan shalat Jumat di Al-Azhar, sehingga mengembalikan fungsi pada peran utamanya sebagai masjid Sunni.
Dengan demikian, Al-Azhar kembali pada status ilmiahnya, yang berkontribusi pada penyebaran pemikiran Sunni di Mesir dan dunia Islam, menjadi alat perdamaian dan dialog antar-mazab.
Saat ini, Al-Azhar Al-Sharif dianggap sebagai simbol kemurnian Islam dan wasathiyah. Al-Azhar terus menjalankan misinya yang luhur untuk mendidik generasi, dan tetap menjadi surga bagi pemikiran Islam yang moderat. Di balik dinding-dindingnya, generasi demi generasi terus mewariskan ilmu, mencari kebijaksanaan, dan mewujudkan nilai-nilai toleransi.
Seiring berjalannya waktu, Al-Azhar, dengan sejarahnya yang panjang dan peran pentingnya dalam membentuk pemikiran keagamaan di dunia Islam, tetap menjadi saksi kekuatan pengetahuan di tengah angin perubahan, sebuah mercusuar yang menerangi jalan generasi masa depan menuju masa depan yang lebih baik.
Masjid Al-Azhar berdiri sebagai bukti warisan abadi dari ilmu pengetahuan dan budaya Islam. Sejarahnya yang kaya, kemegahan arsitekturnya, dan pentingnya yang berkelanjutan menjadikannya sebagai bangunan penting di Mesir dan dunia Muslim yang lebih luas.*