Hidayatullah.com–Uni Eropa tidak memberikan bantuan finansial yang cukup bagi pengungsi Suriah meskipun mereka telah berjanji, Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengatakan pada Selasa dalam pidatonya di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke 72 lapor Daily Sabah pada Kamis 21 September 2017.
“Kami sedang menangani kebutuhan para pengungsi, dari penampungan, makanan, pakaian, pelayanan kesehatan hingga pendidikan, pada standar yang telah menerima pujian dari semua orang yang telah mengunjungi negara kami,” kata Presiden Erdoğan. “Namun, Saya ingin menggarisbawahi bahwa upaya kami belum mendapat dukungan yang memadai dari masyarakat internasional dan khususnya Eropa. Jumlah dana yang dihabiskan oleh negara, organisasi masyarakat sipil, dan rakyat kami, bertujuan untuk menangani kebutuhan para pengungsi yang kami tampung di kota-kota dan kamp-kamp kami, telah mencapai $30 miliar.”
“Sebagai balasannya, Uni Eropa hanya mengirimkan 820 juta euro dari yang dijanjikan lebih dari 3 miliar. Jumlah dana yang dikirim oleh masyarakat internasional melalui PBB sekitar $520 juta,” tambahnya, menyoroti Turki yang telah mengambil semua tindakan untuk mengurangi penyeberangan pengungsi ke Eropa.
Baca: Presiden Turki Tawarkan Kewarganegaraan Pengungsi Suriah
Presiden Erdoğan juga menggarisbawahi bahwa dana yang diterima dari masyarakat internasonal tidak dimasukkan ke anggaran negara tetapi langsung diberikan pada pengungsi Suriah melalui organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan.
Turki dan UE menandatangani kesepakatan terkait pengungsi pada Maret 2016 untuk menegah migrasi iregular di sepanjang Laut Aegean dengan mengambil tindakan yang lebih ketat terhadap pelaku perdagangan manusia dan memperbaiki keadaan hidup hampir 3 juta pengungsi di Turki.
Sejak itu, jumlah pengungsi yang melintasi Laut Aegean secara ilegal antara Turki dan Yunani telah turun secara signifikan, menurut perhitungan resmi UE dan Turki.
Kesepakatan Maret 2016 menggunakan formula satu-untuk-satu di mana para pencari suaka yang gagal di Eropa dikembalikan ke Turki sementara pengungsi Surah diberi tempat tinggal di negara-negara Uni Eropa dengan sistem quota.
Sementara bagian dari kesepatan itu, UE mengatakan akan membuka dua cabang dalam negosiasi aksesi UE; memberikan bantuan untuk pengungsi dan memberikan perjalanan bebas visa untuk penduduk Turki ke zona Schengen.
Pemerintah Turki telah mengkritik UE karena tidak menepati janjinya dan tidak memberikan visa Schengen.
Baca: Presiden Turki Tayyip Erdogan Kritik Penanganan Pengungsi oleh
Erdoğan juga pada Selasa meminta otoritas UE agar memiliki pendekatan yang lebih tulus dalam.
“Kami sungguh-sungguh dalam masalah UE tetapi kami juga mengharapkan kesungguhan yang sama dari UE. Uni Eropa harus membuat keputusan mengenai menerima Turki [sebagai anggota] atau tidak, namun, Saya juga tidak tahu berapa lama lagi kami dapat mentolelir hal ini. Dengan syarat-syarat ini, kami bisa mentolelir hanya sampai itu. Namun, setelahnya, Turki akan membuat keputusannya sendiri,” kata presiden itu.
Hubungan antara Turki dan Eropa telah terhambat karena banyak isu, termasuk gagalnya Uni Eropa memberikan visa liberisasi bagi penduduk Turki seperti yang dijanjikan dan ketidakpedulian UE pada upaya kudeta 15 Juli oleh kelompok Gulenist (FETÖ) dan kelompok teroris PKK.
Erdoğan mengatakan bahwa negara-negara Uni Eropa berpura-pura buta pada serangan teror pada negara Turki dan rakyatnya, serta aktivitas kelompok-kelompok itu dalam Uni Eropa.*