Hidayatullah.com—Perdana Menteri terpilih Pakistan, Imran Khan berjanji untuk memotong pengeluaran pemerintah dan memerangi korupsi, demikian dalam pidato pertama yang disiarkan televisi, satu hari setelah disumpah sebagai Perdana Menteri Pakistan.
Dia mengatakan pemotongan belanja pemerintah harus dilakukan dalam upaya untuk mengendalikan defisit fiskal selain mengundang jutaan orang dari luar negeri untuk berinvestasi di Pakistan untuk membantu mengurangi cadangan devisa.
“Dalam sejarah Pakistan, kita tidak pernah mempunyai krisis ekonomi sebesar ini. Kami akan membangun negara dengan kesejahteraan Islam pada prinsip-prinsip yang dianut oleh Nabi Muhammad ketika ia mendirikan negara Madinah pada abad ke-7,” ujar Khan dilansir Aljazeera pada Senin, (20/08/2018).
Pakistan, terang Khan, adalah negara berhutang tanpa uang. ” Tidak ada uang untuk dibelanjakan untuk anak-anak kami, pada orang miskin kami, pada petani kami, kami tidak bisa memberikan air minum bersih kepada orang-orang kami,” katanya.
Mantan pemain kriket nasional ini, berjanji akan melelang lebih dari 80 kendaraan yang disimpan oleh Kantor Perdana Menteri dan hanya akan mempertahankan dua kendaraan untuk keperluan resmi.
Selain itu, Imran mengatakan ia akan memecat mayoritas dari 524 staf yang bertugas di kediaman resmi Perdana Menteri dan berjanji untuk menunjukkan contoh kesederhanaan kepada semua pemimpin dan staf pemerintah.
“Jika kita ingin menyelamatkan diri dari kehancuran maka kita harus mengubah cara berpikir kita, kita harus mengubah sikap kita … dan yang paling penting kita harus memiliki rasa belas kasih,” katanya.
Dalam pidato satu jam, Imran juga berbicara tentang perlunya menjaga perdamaian dengan negara-negara tetangga Pakistan, tantangan perubahan cuaca dan kebutuhan untuk perubahan layanan publik.
Ia juga berjanji mereformasi sektor pendidikan dan kesehatan negara.
Imran juga meminta negara untuk meniru sistem kesejahteraan sosial dan pajak yang diterapkan oleh negara-negara Skandinavia.
Dia juga menentang upaya untuk mengamankan pinjaman luar negeri, seperti yang dilakukan negara.
“Setiap negara yang ingin tumbuh harus mandiri. Kami tidak ingin meminjam selamanya karena itu menyebabkan kami kehilangan kebebasan dan martabat kami, “katanya.
Imran dilantik sebagai Perdana Menteri ke-22 Pakistan pada hari Sabtu dalam upacara sederhana di sini dan kemudian mengumumkan total 20 anggota kabinet yang terdiri dari 15 menteri dan lima penasihat.*