Hidayatullah.com– Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa urusan terkait ekonomi syariah agar tidak dipersulit. Hal itu ia sampaikan dalam ceramahnya di Pondok Modern Darussalam Gontor, Kamis (03/10/2019), untuk peresmian Gedung CIE Unida, Ponorogo, Jawa Timur.
Wapres JK mengatakan, membicarakan ekonomi syariah berarti berbicara mengenai muamalah. Bicara muamalah menurutnya selama tidak diharamkan, boleh dilakukan.
Oleh karena itu, JK mengajak pihak-pihak terkait untuk mengajarkan hal-hal dalam muamalah yang tidak diharamkan.
“Bicara ekonomi syariah, kita bicara muamalah. Sederhananya muamalah itu, selama tidak diharamkan dia boleh. Jadi jangan mempersulit ekonomi syariah. Jadi ajarkan yang tidak haram. Karena yang tidak haram, seharusnya sudah syariah,” ujarnya.
JK menilai saat ini kehidupan sudah modern jauh berkembang, begitu pula perkembangan ekonomi bangsa ini yang terus meluas. Bicara ekonomi saat ini tak lepas dari perkembangan teknologi.
JK mengungkapkan, dewasa ini banyak negara Islam mengalami konflik dan penghamburan sumber daya. Misalnya kata dia melihat Timur Tengah, semua negara penghasil energi paling kaya. Tetapi semua kata dia dihancurkan satu sama lain.
“Saudi dulu menghasilkan 10 juta barel per hari, hari ini hanya mampu 5 juta (barel) sehari setelah dibom. Kita dulu punya 1,7 juta barel per hari, saat ini tinggal 700 barel per hari. Karena itu harus muncul ekonomi dari sektor lain,” ungkap wapres yang juga sosok pengusaha Muslim ini.
Makanya, lanjut JK, di Pondok Modern Gontor harus diajarkan kemampuan yang bisa melahirkan sektor ekonomi perumatan. “Gontor yang menjadi pelopor modern dan mendekati zaman, harus diteruskan pola-pola pendidikan seperti ini.”
Menurut JK, ada dua yang selalu yang diperhatikan di dunia. Satu kaya, satu nakal. “Kita (Indonesia) tidak dua-duanya, maka kurang diperhatikan.”
Waktu di PBB, JK mengaku pernah mengundang negara-negara kecil.
“Saya undang untuk diberi perhatian dan menyumbang. Tapi tangan di atas apabila bangsa itu punya ekonomi dan pendidikan yang baik. Kalau tidak, kita tidak mampu penerjemahkan tangan di atas dengan lebih baik,” ungkapnya.*