Hidayatullah.com-Bentrokan kembali terjadi antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan di Baghdad pada Ahad pagi menyebabkan seorang tewas, sementara demonstrasi di Basra bergabung dengan tenggat waktu yang ditetapkan oleh mereka di Nasiriyah, menyatakan akan memotong jalan utama yang menghubungkan wilayah mereka dengan ibu kota kecuali tuntutan mereka dipenuhi.
Seorang aktivis setempat mengatakan kepada Kurdistan 24 bahwa pada hari Ahad pagi, polisi anti huru-hara berusaha menyerang Tahrir Square, pusat pertemuan para demonstran di Baghdad, tetapi para pengunjuk rasa mencegah hal ini dan membakar beberapa ban.
Menyusul ini, para saksi melaporkan penembakan peluru langsung di Al-Tayaran Square, tak jauh di timur Tahrir, dengan klaim cedera di kalangan pengunjuk rasa.
“Pasukan [keamanan] berusaha untuk menghentikan aksi duduk kami di Lapangan Tahrir,” kata seorang aktivis kepada Kurdistan 24, menambahkan, “Ini terkait dengan batas waktu Nasiriyah,” merujuk pada ultimatum baru-baru ini oleh para pengunjuk rasa dari kota Irak selatan yang diarahkan pada para pemimpin negara untuk mengindahkan tuntutan mereka atau menghadapi jalan yang diblokir.
“Batas waktu kami juga berakhir besok,” kata seorang pengunjuk rasa.
Basra, kota kaya minyak tetapi miskin, bergabung dengan tenggat waktu Nasiriyah, tempat para pengunjuk rasa.
Akibat meningkatnya aksi demonstrasi anti-pemerintak Iraq, menyebabkan kematian ratusan demonstran, dan membuat Adil Abdul Mahdi mengundurkan diri dari perdana menteri Iraq pada bulan Desember lalu. Meski demikian, kekuatan politik Iraq sejauh ini gagal mencalonkan alternatif yang diterima demonstran.
Sementara itu, para pengunjuk rasa telah menunjuk beberapa individu Iraq dengan karir militer atau politik yang terkenal dan yang mereka yakini akan menempatkan kepentingan Iraq, bukan antek asing.
Demonstrasi telah lama mengutuk campur tangan asing, yaitu Iran, dalam urusan dalam negeri dan politik Iraq. Mereka beberapa symbol Iran, termasuk membakar kantor yang bersekutu dengan Teheran serta kantor Kedutaan Besar Iran di Baghdad.
Di tengah berlanjutnya kekecewaan masyarakat, pasukan keamanan justru menewaskan lebih dari 450 demonstran dan melukai ribuan lainnya sejak demonstrasi pecah pada Oktober.
Perkiraan tidak resmi menyebutkan 600 orang meninggal di antara demonstran. Para pengunjuk rasa menuduh anggota milisi Syiah Hashd al-Shaabi yang didukung Iran menembak mereka dengan peluru tajam dan menembakkan tabung gas air mata langsung mengenai kepala mereka, kutip Kurdistan 24.
Kerumunan pertama kali turun ke jalan pada awal Oktober untuk mengungkapkan keluhan lama tentang buruknya layanan publik, standar hidup yang rendah, dan korupsi yang meluas di kalangan pejabat pemerintah.
Seiring dengan semakin luasnya ruang lingkup demonstrasi setiap minggu, para peserta akhirnya mendesak reformasi yang meluas dan menggulingkan seluruh elit penguasa yang mereka anggap korup tanpa malu-malu dan penghentian cenkerangan rezim Iran di negeri itu.*