Hidayatullah.com—Uskup agung Prancis mengatakan melindungi anak-anak dari kejahatan seksual merupakan “prioritas absolut” bagi Gereja Katolik, meralat pernyataan-pernyataan sebelumnya yang menyatakan para pendeta seharusnya tidak melanggar aturan kerahasiaan pengakuan dosa.
Pekan lalu, Kepala Konferensi Uskup-Uskup Prancis Eric de Moulins-Beaufort menyulut kemarahan di kalangan kelompok-kelompok korban setelah mengatakan bahwa aturan kerahasiaan pengakuan dosa berada “di atas hukum Republik”.
Pernyataan itu dikemukakannya kepada France Info menyusul publikasi laporan independen yang menyebutkan sedikitnya 330.000 anak menjadi korban kejahatan seksual oleh rohaniwan dan orang awam di lingkungan Gereja Katolik di Prancis selama kurun 70 tahun terakhir.
De Moulins-Beaufort hari Selasa (12/10/2021) dipanggil untuk menemui Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin – atas permintaan Presiden Emmanuel Macron.
Darmanin menyatakan dengan jelas bahwa sementara hukum di negara Prancis mengakui kerahasiaan profesional dari sakramen pengakuan dosa, hal ini tidak berlaku apabila masalahnya berkaitan dengan kasus kejahatan seksual terhadap anak.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin – yang juga bertugas menangani urusan keagamaan di Prancis – mendapat dukungan meriah di parlemen ketika dia mengatakan di hadapan para wakil rakyat, “Saya mengatakan kepadanya apa yang saya katakan kepada semua agama, tidak ada hukum [agama] yang berada di atas undang-undang yang dibuat Majelis Nasional dan Senat … Prancis menghormati semua agama sepanjang mereka menghormati Republik dan undang-undang Republik ini.”
Menyusul pertemuan dengan Mendagri Prancis itu, De Moulins-Beaufort mengeluarkan sebuah pernyataan yang menegaskan “tekad semua uskup dan semua umat Katolik, untuk menjadikan perlindungan terhadap anak sebagai prioritas absolut, dalam kerja sama erat dengan pihak berwenang Prancis.”
Dia meminta maaf atas pernyataan sebelumnya yang “ceroboh” dalam wawancara pekan lalu, dan meminta maaf kepada para pihak yang merasa tersinggung dengan pernyataannya tersebut, lapor RFI Rabu (13/10/2021).
De Moulins-Beaufort mengatakan dia sudah meminta untuk bertemu dengan Paus Fransiskus dan penyusun laporan tersebut di Vatikan.
Laporan independen tersebut memberikan 45 rekomendasi untuk melindungi anak-anak dari para pendeta predator seks, di antaranya yaitu meminta Gereja Katolik untuk melaporkan ke pihak berwenang terkait isi pengakuan dosa yang berkaitan dengan kasus pencabulan.*