Hidayatullah.com–Seorang pemuda Amerika Serikat berusia 22 tahun penganut ideologi supremasi kulit putih, hari Selasa (28/12/2021), dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena membunuh seorang wanita dan melukai tiga orang lain di sebuah Sinagog di Southern California pada 2019. Hukuman itu menambah hukuman kurungan seumur hidup yang diterimanya tiga bulan silam di pengadilan negara bagian.
Dilansir Associated Press, John T. Earnest tidak berbicara di ruang persidangan yang dipenuhi oleh korban, keluarga dan jemaat sinagog. Di pengadilan negara bagian, pengacaranya mengatakan kliennya ingin berbicara tetapi ditolak oleh hakim, dengan alasan tidak ingin memberikan ruang dan tempat bagi pemuda itu untuk mengutarakan kebenciannya.
Ellis Johnston III mengatakan kliennya mengakui bahwa apa yang telah dilakukannya “tidak patut”, pernyataan yang disambut dengan skeptisisme oleh jaksa penuntut federal Peter Ko. Menurut jaksa Earnest baru menunjukkan penyesalan setelah melakukan penembakan, ketika dia menelepon seseorang dalam pembicaraan yang direkam.
Hakim distrik AS Anthony Battaglia mengatakan bahwa hukuman penjara seumur hidup yang ditetapkan oleh pengadilan federal dan pengadilan negara bagian dilaksanakan secara bersusulan satu setelah lainnya dan bukan bersamaan. Hakim mengakui bahwa ketetapan itu bersifat simbolik dan tidak lain dimaksudkan untuk mengirimkan pesan yang tegas.
Hakim menolak permintaan pengacara pembela agar Earnest tetap berada di penjara negara bagian.
“Jelas [kasus] ini sangat serius,” kata Battaglia, yang menginginkan hukuman dilaksanakan di penjara federal.
Earnest, dengan tangan diborgol, menatap lurus ke depan tanpa ekspresi selama dua jam persidangan, yang menandai berakhirnya proses hukum kasus serangan terhadap sebuah tempat ibadah Yahudi yang dilakukannya.
Pemuda itu mengaku bersalah atas di pengadilan federal pada bulan September atas dakwaan kejahatan kebencian setelah Departemen Kehakiman mengatakan tidak akan menuntunnya hukuman mati. Pihak pengacara pembela dan jaksa penuntut merekomendasikan penjara seumur hidup ditambah 30 tahun.
Pada bulan yang sama, Earnest menerima tuntutan penjara seumur hidup lainnya setelah dia bersedia mengaku bersalah guna menghindari hukuman mati.
Vonis bersalah atas pembunuhan dan percobaan pembunuhan di sinagog dan aksi pembakaran di sebuah masjid di sekitar daerah yang sama sebelumnya menjadikan pemuda itu harus mendekam dalam sel seumur hidup tanpa peluang pembebasan bersyarat, ditambah 137 tahun penjara.
Beberapa menit setelah melakukan aksi penembakan di hari terkahir masa hari raya Pesach (Paskah), Earnest menghubungi petugas 911 untuk mengatakan bahwa dia telah melakukan penembakan di sinagog untuk menyelamatkan orang-orang kulit putih.
“Saya membela bangsa kita melawan orang-orang Yahudi, yang berusaha menghancurkan semua orang kulit putih,” katanya.
Pemuda asal San Diego itu terinspirasi oleh penembakan massal di Tree of Life Congregation di Pittsburgh dan di dua masjid di Christchurch, New Zealand, tidak lama sebelum dia menyerang Chabad of Poway, sebuah sinagog dekat San Diego, pada 27 April 2019. Dia kerap mengakses 8chan, sudut gelap internet tempat orang memposting pandangan ekstremis, rasis, dan kekerasan.
Earnest secara legal membeli membeli senapan semi-otomatis di San Diego sehari sebelum serangan, menurut kejaksaan federal. Dia memasuki sinagog dengan 10 peluru dan 50 peluru lain tersimpan di rompinya. Namun, dia kemudian melarikan diri dengan mobilnya setelah kesulitan untuk mengisi ulang senapan dan jemaat sinagog mengejarnya.
Earnest membunuh Lori Gilbert-Kaye, 60, yang ditembak dua kali di lobi, dan melukai seorang anak perempuan berusia 8 tahun, pamannya serta rabi Yisroel Goldstein, yang memimpin kebaktian pada hari raya besar Yahudi kala itu.
Earnest – mahasiswa berprestasi, atlet dan musisi yang sedang belajar untuk menjadi perawat di California State University, San Marcos – juga dihukum karena kasus pembakaran sebuah masjid di Escondido sekitar sebulan sebelum dia menyerang sinagog itu.
“Semua orang di negeri ini harus bisa bebas menjalankan agamanya tanpa takut diserang,” kata Jaksa Agung AS Merrick Garland. “Kejahatan mengerikan yang dilakukan oleh terdakwa ini adalah serangan terhadap prinsip-prinsip dasar bangsa kita.”
Orangtua Earnest mengeluarkan pernyataan setelah penembakan yang yang dilakukan putranya mengejutkan dan menyedihkan banyak orang. Mereka menyebut tindakan putranya itu sebagai “misteri yang mengerikan.”
“Yang sangat memalukan bagi kami, dia sekarang menjadi bagian dari sejarah kejahatan yang telah dilakukan pada orang-orang Yahudi selama berabad-abad,” kata orangtua Earnest.*