Hidayatullah.com—Ketika gencatan senjata Gaza diumumkan pada tanggal 19 Januari, warga Palestina di Tepi Barat –sekitar 140 mil persegi atau 362 km dari Gaza— yang terjajah sedang mengalami penghancuran dari pihak penjajah ‘Israel’.
Tidak lama gencatan senjata di Gaza berlaku, penjajah mulai mendirikan puluhan pos pemeriksaan baru di Tepi Barat dengan dalih mencegah warga Palestina berkumpul dan merayakan pembebasan tahanan politik yang dibebaskan.

Tentara penjajah melarang petani mencapai lahan pertanian mereka dan menyegel warga sipil di seluruh kota, seperti di Hebron dan Betlehem.
Di saat yang sama, para pemukim haram ‘Israel’ mulai memperluas permukiman ilegal di Tepi Barat, menyerang desa-desa Palestina.
Permukiman ‘Israel’ di Tepi Barat yang diduduki adalah ilegal menurut hukum internasional, meski demikian, banyak permukiman haram dibangun rumah seenaknya bahkan telah dianggal ilegal menurut hukum ‘Israel’ sendiri.
“Implikasi dari kekerasan tersebut adalah mengarah pada pengungsian langsung atau terkait dan itu sejalan dengan tujuan ‘Israel’ untuk mencegah negara Palestina mana pun di tanah mereka,” kata Tahani Mustafa, seorang pakar ‘Israel’-Palestina di International Crisis Group (ICG).
Mengintensifkan serangan
Seiring dengan itu, tentara ‘Israel’ mengumumkan rencana untuk melaksanakan operasi besar di Tepi Barat, yang dimulai Selasa, tanggal 21 Januari 2029 dengan serangan besar ke kamp Jenin, yang konon dimaksudkan untuk membasmi kelompok bersenjata.
Pasukan penjajah terus melakukan penghancuran dan pembakaran rumah-rumah di kamp pengungsi Jenin selama sembilan hari berturut-turut. Penjajah juga memindahkan seluruh penghuni.
Penjajah ‘Israel’ kembali melanjutkan serangan besar-besaran mereka di kota Tulkarem dan kamp pengungsinya selama tiga hari berturut-turut.
Tak cukup itu, ‘Israel’ memblokir pintu masuk ke Rumah Sakit Zakat di Tulkarem.
Saat fajar pada hari Rabu, pasukan penjajahan ‘Israel’ menyerbu beberapa daerah di Tepi Barat dan menduduki Yerusalem, menangkap banyak warga, salah satunya adalah tahanan yang dibebaskan.
Pasukan penjajahan menangkap tawanan Yerusalem yang dibebaskan, Majed al-Jubeh, setelah menyerbu rumahnya di Kota Tua Baitul Maqdis (Yerusalem) yang diduduki, sementara mereka menyerbu Kota Kafr Aqab dan menghancurkan isi rumah tahanan yang dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata, Ashraf Zaghir.
Pasukan penjajahan menangkap tiga pemuda dari Kota Al-Ram, sebelah utara Yerusalem yang dicaplok penjajah, sementara kendaraan tentara ‘Israel’ menyerbu kamp Qalandia, sebelah utara kota tersebut.
Di Jenin, pasukan penjajahan menangkap pemuda Enad Abu Al-Khair Tahaina dari kota Silat Al-Harithiya, sebelah barat kota, setelah menggerebek rumahnya dan merusak isinya.
Pasukan penjajah juga menangkap pemuda tersebut, Omar Al-Ajjawi, setelah menyerbu rumahnya di lingkungan Al-Bayader di kota Jenin, bertepatan dengan bentrokan bersenjata antara pejuang perlawanan dan tentara penjajahan di lingkungan timur kota tersebut.
Pasukan penjajah menyerbu kota Beitunia, sebelah barat Ramallah, dan menangkap seorang pemuda, selain kendaraan tentara penjajahan yang menyerbu kamp Deir Ammar, sebelah barat kota.
Tentara Zionis menyita sebuah kendaraan saat penyerbuan di desa Kafr Malek, sebelah utara Ramallah, sementara mereka menangkap dua pemuda, bertepatan dengan penyerbuan di desa Abu Shkhidem.
Penangkapan penjajahan meluas ke kota Nablus, menargetkan pemuda Mahmoud Nasser dari Jalan Kashika, selain penangkapan pemuda Hani Mar’i setelah penggerebekan di rumahnya di Al-Ta’oun Al-Alawi di Nablus.
Kemarin malam, pasukan penjajahan menahan sejumlah anak setelah menggerebek rumah keluarga mereka di Jalan Al-Shalala di pusat kota Hebron.
Pasukan penjajahan menyerbu rumah seorang warga keluarga Abu Hayya, yang berdekatan dengan pemukiman “Beit Hadassah” yang didirikan di tanah Kota Tua Hebron, dan menahan semua anak-anaknya serta menginterogasi mereka di lapangan keluarga dan menahan mereka di salah satu kamar rumah
Serangan Tubas
Penjajah ‘Israel’ melakukan serangan udara brutal yang menewaskan sepuluh orang di wilayah utara Tepi Barat yang diduduki dalam jumlah korban awal serangan tersebut.
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan bahwa 10 warga Palestina yang syahid dalam serangan udara yang menargetkan kota Tammun di Provinsi Tubas, Tepi Barat.
Jumlah korban belum final, namun di antara mereka adalah; Osama Ma’arouf Bani Oda, Muntasir Bani Matar,Ibrahim Mithqal Fayyad Bani Oda, Muhammad Mithqal Fayyad Bani Oda, Jihad Nasser Bani Matar, Abdullah Abu Diyeh, Omar Muhammad Ali Al-Hajj, Suleiman Ahmed Abu Shteyeh, Ma’an Muhammad Khader Bani Oda, dan Saleh Bani Oda.
Koresponden Al Mayadeen melaporkan pada Rabu malam bahwa serangan ‘Israel’ juga menghantam sebuah rumah di Tammun, selatan Tubas.
‘Gaza Kedua’
Berbicara dari kamp pengungsi Jenin, Menteri Keamanan Israel Katz mengatakan bahwa “Israel” telah menyatakan perang terhadap Tepi Barat, dengan mencatat bahwa setelah “operasi militer menghancurkan infrastruktur militer yang dibangun di kamp pengungsi Palestina”
“Tentara Israel akan tetap berada di Jenin setelah operasi militer berakhir,” kata Menteri Keamanan Israel, Israel Katz. “Kamp pengungsi Jenin tidak akan kembali seperti semula,” katanya.
Leila Warah seorang jurnalis dan koresponden lepas yang berkantor di Tepi Barat menjelaskan bagaimana penjajah ‘Israel’ terus mengintensifkan serangan militer dan serangan terhadap warga Palestina di Tepi Barat setelah gencatan senjata di Gaza.
Shady Abdullah, jurnalis dan aktivis hak asasi manusia dari Tulkarem menyaksikan genosida terjadi di Gaza selama 14 bulan akan terjadi di Tepi Barat dan menjelaskan, tidak ada seorang pun di dunia bisa melakukan apa pun untuk menghentikannya.
“Kita semua tahu bahwa kita khawatir situasi bisa menjadi jauh lebih buruk di Tepi Barat,” katanya kepada Al Jazeera.
Aksi kekerasan dan kejahatan kemanusiaan yang meningkat secara cepat di Tepi Barat digambarkan para pemantau dan analis lokal sebagai upaya nyata untuk mencaplok lebih banyak tanah Palestina secara resmi dan usaha ‘genosida Gaza kedua’.*