Hidayatullah.com—Kelompok peretas Anonymous telah mengumumkan akan menandai 100 hari aksi mogok makan para tahanan Guantanamo dengan melancarkan aksi protes selama 3 hari, dan menyeru publik ikut ambil bagian dalam aksi global mereka baik di dunia maya maupun di dunia nyata.
“Kami menyatakan solidaritas untuk para pelaku mogok makan di Guantanamo. Kami akan menutup Guantanamo,” kata Anonymous dalam pernyataan dikutip Russia Today Selasa (7/5/2013).
Kelompok hacktivist itu tidak menyebutkan secara terperinci bagaimana aksi mereka akan dilakukan. Namun mereka berjanji akan membombardir pesan di Twitter, email dan fax. Protes massal menentang keberadaan penjara Guantanamo itu akan digelar mulai 17 Mei hingga 19 Mei mendatang.
Anonymous menuntut bukti nyata dari Presiden AS Barack Obama yang berjanji akan menutup penjara itu. Guantanamo merupakan kamp konsentrasi, kata Anonymous.
Kelompok itu juga mengecam kebijakan pengelola penjara Guantanamo yang memaksa makan sejumlah tahanan pelaku mogok makan. Sebagaimana diketahui, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam tindakan pemberian makan paksa itu dan menyebutnya sebagai bentuk penyiksaan atas para tahanan yang melanggar hukum internasional.
“(Penjara) Teluk Guantanamo harus ditutup segera, para tahanan harus dipulangkan ke negara asal mereka atau diadili secara adil di pengadilan federal. Guantanamo adalah kejahatan perang yang terus berlangsung. Anonymous tidak lagi akan membiarkan kekejaman ini,” kata Anonymous.
Kelompok peretas itu juga menyoroti biaya mahal yang dikeluarkan untuk mengelola dan memenjarakan seorang tahanan di Guantanamo, yang mencapai USD900.000 pertahanan pertahunnya.
Untuk menunjang aksi protes menentang eksistensi penjara tersebut, Anonymous dalam situsnya menampilkan nomor-nomor telepon Gedung Putih, Departemen Pertahanan AS (Pentagon) dan juga markas militer US Southern Command. Mereka mengimbau publik untuk membombardir nomor-nomor tersebut dengan panggilan telepon.
Para tahanan Guantanamo melakukan mogok makan sejak awal Februari lalu, menyusul pelecehan yang dilakukan oleh petugas atas al-Qur`an milik para tahanan dengan alasan mencari barang selundupan dari luar yang disembunyikan di dalam kitab suci tersebut. Para tahanan juga memprotes keberadaan mereka di dalam penjara itu, yang tidak pernah disidang dengan tuduhan yang jelas dan tidak kunjung dikeluarkan dari penjara meskipun mereka sudah dinyatakan bersih dari tuduhan terorisme.*