Hidayatullah.com–Syeikh Raed Salah, pemimpin Gerakan Islam di Israel, sebuah kelompok Islam yang dibentuk oleh orang-orang Arab warga Israel, ditangkap oleh Israel Selasa pagi (6/10), seiring dengan meningkatnya ketegangan di Yerusalem.
Ia ditahan dengan tuduhan memicu kerusuhan yang terjadi di kota itu sejak Ahad lalu. Salah, yang pernah di tahan Israel pada tahun 2003 dengan tuduhan memberikan bantuan dana kepada Hamas, baru-baru ini menyeru kepada umat Islam untuk mempertahankan Masjid Al-Aqsa.
“Ia ditahan karena pernyataan-pernyataannya yang menghasut beberapa hari belakangan ini dan dicurigai melakukan penghasutan,” kata jurubicara kepolisian Israel Shmulik Ben-Rubi kepada AFP Selasa (6/10). Polisi Israel meyakini Gerakan Islam cabang wilayah utara yang dipimpin Salah berada di balik bentrokan yang terjadi beberapa hari ini.
Anggota Knesset dari Partai Persatuan Nasional, Ben Ari, pada Selasa malam menyerukan agar Raed Salah segera dideportasi ke Libanon. “Hanya dengan cara itu kita bisa menanamkan rasa takut pada para penghasut dan menahan laju pilar kelima yang telah menyebar menyusup di tengah-tengah kita.”
Uzi Landau tidak kalah meradangnya dengan semangat Raed Salah membela Al-Aqsa. Menteri Infrastruktur Nasional dari Partai Beiteinu ini meminta agar organisasi Gerakan Islam dinyatakan terlarang. Ia juga menginginkan agar para pemimpin Islam yang menebarkan anti-Isarel semuanya ditangkap. “Syaikh Raed dan sejenisnya,” kata Landau.
Lebih lanjut ia mengatakan, “Israel harus berhenti membayar gaji para imam dan kepala masjid yang terlibat dalam penghasutan melawan pemerintah Israel.”
Landau juga meminta agar dilakukan rapat kabinet guna membahas penghentian kegiatan warga Palestina di Yerusalem. “(Untuk) menghentikan aksi yang mengakibatkan tentara terluka, pelemparan baru, kerusuhan dan bentrokan,” begitu alasannya.
Ketegangan terjadi di Masjid Al-Aqsa dan Yerusalem sejak Ahad lalu, bertepatan dengan perayaan Shukkot oleh Yahudi. Sekelompok besar Yahudi ektrimis yang menyamar sebagai turis Prancis, dengan didampingi tentara dan polisi Israel berusaha menerobos masuk ke komplek masjid –yang dianggap sebagai tempat suci Temple Mount oleh mereka– sementara umat Islam sedang beribadah di sana.
Kemudian pada hari Senin terjadi bentrokan lagi dan Israel memberlakukan larangan masuk bagi pria Palestina di bawah umur 50 tahun. Israel beralasan mereka menemukan banyak batu yang diangkut dalam gerobak-gerobak di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Kemudian hari Selasa (6/10) Otoritas Palestina mengatakan bahwa Israel berusaha “mengambil alih Yerusalem dan meyahudikannya.
Sebelumnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang berhaluan kiri, telah mengizinkan pendirian besar-besaran bangunan Yahudi dan menghancurkan bangunan-bangunan warga Palestina. Ratusan rumah Palestina dirobohkan dengan alasan tidak memiliki izin untuk tetap berdiri di wilayah Yerusalem Timur.
Jumat Kemarahan
Sementara itu Syaikh Dr. Yusuf Qaradhawi menyerukan agar warga Mesir menjadikan hari Jum’at sebagai hari untuk menunjukkan kemarahan atas perlakuan Israel terhadap Masjid Al-Aqsa. Berpidato di depan pertemuan para jurnalis di Kairo Senin lalu, Qaradhawi mengutuk Israel yang menodai tempat suci Al-Aqsa.
Ia mendorong para ulama Mesir agar pada ceramah shalat Jumat mengangkat isu Al-Aqsa untuk menunjukkan solidaritas sesama Muslim. Ia juga meminta kepada umat Islam agar melakukan protes damai menentang tindakan terkutuk Israel tersebut.
Banyak ulama lainnya juga menyeru agar dunia Arab dan umat Islam bergegas mempertahankan Al-Aqsa dari tangan Zionis Israel. [di,berbagai sumber/hidayatullah.com]