Hidayatullah.com–Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim), menolak peredaran film “Menculik Miyabi” yang diputar di seluruh bioskop 21 di Indonesia mulai Kamis (6/5).
Sekretaris PCNU Kabupaten Malang Abdul Mujib Syadzili mengatakan, film itu tidak mencerminkan budaya Indonesia dan dapat dikategorikan pornografi, sehingga film tersebut tidak layak ditonton karena akan mempengaruhi akhlak anak muda.
“Seharusnya lembaga sensor film nasional bisa selektif dalam merekomendasikan film yang layak ditonton sesuai dengan budaya bangsa Indonesia, dan tidak asal meloloskan film,” tegasnya Kamis (6/5).
Untuk itu, tambah Abdul, pihaknya mengajak semua elemen masyarakat di Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu) untuk menolak pemutaran film tersebut. Sebab, pemeran utama film itu adalah bintang porno asal Jepang yang secara tidak langsung bisa mempengaruhi generasi muda.
“Kami mengimbau kepada masyarakat Malang Raya tidak menonton film yang mengarah pada kemudaratan atau menampilkan gambar yang mengarah pada pornografi,” katanya.
Abdul menduga, penanyangan film tersebut sebagai strategi awal agar film berikutnya yang sama, dengan menampilkan bintang-bintang porno kembali muncul di Indonesia.
Ia mengaku, dirinya memang belum melihat secara langsung, namun dirinya sudah membaca sekelumit cerita dari media cetak maupun elektronik. Untuk itu, dirinya akan segera mencari DVD atau VCD dari film tersebut, agar dapat menyaksikan secara rinci.
Sejak awal pembuatan film tersebut mendapat reaksi keras dari sejumlah kalangan aktivis Islam di Indonesia, namun pembuatan film tersebut berjalan terus dan akhirnya lolos sensor.
Ini Penghinaan
Front Pembela Islam (FPI) juga tetap menolak pemutaran Film Menculik Miyabi. “Dari semalam kita sudah mendengar bahwa film itu segera tayang. Ini jelas keterlaluan,” tegas Ketua Bidang Ekonomi FPI Mustafa Embong.
“Mereka tahu masyarakat menentang, tapi karena mereka rakus uang dan seks, maka mereka memasukkan orang ini (Miyabi) ke Indonesia. Ini jelas melawan apa yang sudah kita tentang,” imbuh Mustafa.
Sikap tegas yang dinyatakan perwakilan FPI ini mengacu pada perjanjian awal yang disepakati bahwa film Menculik Miyabi batal tayang. “Mereka enggak bisa dipercaya, di satu sisi mereka pernah bilang batal. Ini suatu penghinaan,” kata Mustafa Selasa (4/5).
Dikatakan Mustafa, meski Menculik Miyabi sudah dinyatakan lolos sensor oleh Lembaga Sensor Film (LSF), hal tersebut tidak akan mempengaruhi sikap tegas FPI. “Ya mereka boleh berkelit (sudah disensor), tapi sikap kita sudah final untuk menolak karena Miyabi aktris porno. Bahkan, Kementerian Budaya juga sudah melarang,” jabar Mustafa.
“Karena apa? Ini menyinggung perasaan banyak pihak, termasuk ormas-ormas Islam. Apalagi, kita mempertahankan budaya santun dan menolak porno aksi,” sambungnya. [sur/kmp/hidayatullah.com]