Hidayatullah.com– Jumat (11/2) ini dipastikan akan menjadi gerakan nasional untuk menjatuhkan Hosni Mubarak di Mesir, menyusul penolakan Presiden Hosni Mubarak untuk mundur dari kekuasaannya.
Jutaan rakyat Mesir kemungkinan akan turun ke jalan, bahkan dikhawatirkan akan menduduki istana kepresidenan setelah Sholat Jumat. Di pusat kota Kairo, massa yang berkumpul di Tahrir Square terus menyatakan kekecewaan mereka.
Dalam pidatonya Kamis malam atau Jumat dini hari WIB, Mubarak sama sekali tak menyinggung mengenai pengunduran dirinya. Dia bahkan kembali mengulang tawarannya kepada rakyat Mesir untuk melaksanakan pemilu adil pada september mendatang.
Menanggapi pidato ini, ratusan ribu massa yang berkumpul di Tahrir Square menjadi riuh, terutama ketika Presiden Hosni Mubarak mengungkap jasa-jasanya bagi Mesir.
Para demonstran ini tak puas karena Mubarak tak mau turun dan malah mengagung-agungkan dirinya. Sebelumnya, mereka masih menyimak pidato Mubarak dan berharap presiden mengumumkan pengunduran dirinya.
Para demonstran terus meneriakkan tuntutan mereka agar presiden yang telah berkuasa 30 tahun itu mundur dari jabatannya. Hingga berita ini diturunkan, massa di dua kota besar di Mesir, yakni Kairo dan Alexandria masih bertahan di tengah kota. Belum diketahui gerakan apa yang dilakukan massa menyambut pidato Hosni Mubarak ini.
Seperti diberitakan, Hosni Mubarak tetap tegas pada pendiriannya untuk tidak mau mundur dari jabatannya sebagai Presiden Mesir. Dalam pidatonya malam ini, dia hanya menegaskan akan memastikan transisi yang damai melalui pemilu yang adil.
Pidato Hosni Mubarak ini tentu saja sangat bertentangan dengan keinginan rakyat Mesir yang menginginkan presiden yang sudah berkuasa 30 tahun ini mundur.
Dalam pidato kali ini, Mubarak seperti mengulang pidato sebelumnya yang hanya menjanjikan perubahan lebih baik bagi bangsa Mesir melalui proses pemilu yang akan dilakukan September mendatang.
Sebelumnya, militer Mesir yang dipimpin Muchsin Tantowi mengumumkan mengambil alih kendali di Mesir sesuai keinginan dan mandat rakyat. Namun, hingga berita ini diturunkan, Presiden Mesir Hosni Mubarak belum juga mengumumkan pengunduran dirinya.
Saat ini, kubu Militer telah menguasai beberapa aset penting di sekitar Kairo dan Alexandria, seperti pembangkit listrik, stasiun televisi nasional, dan aset penting negara lainnya.
Namun, kubu militer sendiri dikabarkan terpecah. Sebagian mendukung rakyat Mesir dan sebagian lagi tetap mendukung Hosni Mubarak.
Di Tahrir Square, Mayor Jenderal Hassan Roweny atas nama militer menyatakan kepada ribuan demonstran di Bundaran Tahrir bahwa, “Semua yang Anda inginkan akan terwujud.”
Meminta Pulang
Dalam pidato di TV Nasional, Kamis (Jumat Pagi), seusai pidato Presiden Hosni Mubarak yang antara lain berisi pengalihan kekuasaan kepadanya, Wakil Presiden Mesir Omar Suleiman mengatakan kepada pengunjuk rasa anti-pemerintah untuk pulang dan membantu membangun kembali negara.
Pidato Presiden dan Wakil Presiden di TV Nasional tersebut tidak menenangkan para demonstran, namun justru membuat mereka marah.
Pengamat Politik Arab Ibrahim Arafat dalam wawancara dengan Al Jazeera TV mengatakan, pidato Presiden Mubarak justru semakin membuat keadaan kacau dan beberapa hari ke depan sulit dikendalikan.
“Saya kira masyarakat semakin marah dan semakin frustasi, sehingga mendorong eskalasi kekerasan yang membuat alasan bagi militer untuk masuk,” katanya.*