Hidayatullah.com—Tentara Zionis masih terus melancarkan aksi pembunuhannya terhadap warga Jalur Gaza. Sumber medis di Gaza menyatakan, jumlah warga Palestina yang tewas oleh peluru Israel sejak Kamis telah mencapai sepuluh orang. Seorang wanita bersama anaknya merupakan korban tewas terbaru sampai hari Jumat (8/4).
Sumber menyatakan, tentara Israel membombardir satu rumah penduduk milik Ibrahim Qdeih, di kawasan Abasan Al Kubra, timur Khan Younis di bagian selatan Jalur Gaza, menewaskan istrinya, Najah, 41, dan putrinya, 21 tahun.
Dalam serangan Jumat ini tentara Israel juga menewaskan seorang pria tua, yang diidentifikasi sebagai Talal Abu Taha, 55. Ia tewas ketika tentara membombardir rumahnya di daerah Al Qarara, di Khan Younis, di bagian selatan Jalur Gaza.
Tentara juga menewaskan dua pejuang Palestina, anggota brigade Al Qassam, sayap bersenjata Hamas. Keduanya tewas ketika Angkatan Udara Israel membombardir wilayah di pintu masuk kota Khuaza, di Khan Younis, di bagian selatan Jalur Gaza. Mereka diidentifikasi sebagai Abdullah Al Qarra dan Mo’taz Abu Jame ‘.
Dua orang Palestina lainnya terluka dalam serangan itu dan dibawa ke rumah sakit setempat, sumber-sumber medis melaporkan.
Selanjutnya tiga anggota keluarga terluka ketika tentara membombardir sebuah rumah di daerah Al Faraheen di Gaza selatan. Di antara yang terluka, seorang wanita dalam kondisi serius.
Juga dua warga Palestina terluka di area sipil, timur Rafah, di bagian selatan Jalur Gaza. Mereka dibawa ke Rumah Sakit Eropa Gaza di kota itu.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa tentara akan meneruskan serangan terhadap Gaza paling tidak untuk beberapa hari lagi.
Departemen Dalam Negeri di Gaza mengatakan, pihaknya mengadakan pembicaraan dengan faksi-faksi yang berbeda dalam upaya untuk memulihkan ketenangan dan mencegah Israel melakukan serangan dalam skala yang lebih besar.
Faksi-faksi Palestina menyatakan, gencatan senjata telah mulai diberlakukan pada Kamis pukul 11 malam, tetapi Israel kembali melakukan serangan.
Kelompok-kelompok perlawanan mengatakan bahwa gencatan senjata tidak berarti bisa dalam kondisi yang tenang pada saat Israel terus membombardir Gaza.*