Oleh: Mustabsyirah Syammar
KRISIS kemanusiaan yang terjadi di Palestina bukanlah sebuah krisis kemanusiaan yang baru-baru saja terjadi. Ini adalah sebuah krisis panjang yang terjadi bertahun-tahun lamanya hingga saat ini. Krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina merupakan salah satu isu international yang perlu dikawal oleh seorang mahasiswa yang disebut sebagai aktor perubahan dan penolak ketidakadilan.
Dikutip dari laman Sahabat Al-Aqhsa, dikabarkan bahwa penjajah Zionis hingga saat ini telah menahan 315 jenazah warga Palestina. Sekitar 265 ditahan sejak sebelum tahun 2015 dan 50 lainnya ditahan sejak merebaknya Intifadha Baitul Maqdis pada awal Oktober lalu. Tidak sampai di situ, Israel juga mencuri organ-organ tubuh jenazah warga Palestina yang dibunuhi di jalanan. Sungguh suatu bentuk penyerangan dan pembunuhan diluar batas kemanusiaan.
Selebihnya, nyaris setiap waktu media menyuguhi berita pembunuhan sekaligus perlawanan warga Palestina atas agresi yang dilakukan oleh Isreal. Di sisi lain, PBB kelihatan dibuat tidak berdaya, meskipun telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata, namun Israel hanya memandang sebelah mata seruan tersebut. Israel justru semakin meningkatkan serangannya ke wilayah Gaza dan Tepi Barat.
Sebuah bukti empirik bahwa PBB hanyalah simbol yang tak bernilai apa-apa untuk perjuangan rakyat Palestina.
Mahasiswa bisa apa?
Sebagai seorang pemuda yang kritis, biasanya mahasiswa selalu tampil menyuarakan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan menentang segala bentuk ketidakadilan pada zamannya. Kecerdasan intelektual yang dimiliki mahasiswa menjadi landasan pergerakan, sehingga mahasiswa dapat hadir memberikan solusi dan konstribusi nyata dalam menegakkan kebenaran.
Untuk itu dalam mengawal isu perjuangan Palestina, ada beberapa bentuk konstribusi nyata yang dapat dilakukan oleh Mahasiswa.
Setidaknya dengan melakukan salah satu kontribusi berikut ini:
Pertama, aktif mencari informasi terbaru terkait Palestina
Suatu opini menjadi tidak menarik jika tidak dilengkapi dengan data. Sehingga data sangat diperlukan oleh mahasiswa dalam membangun sebuah opini. Dengan data, mahasiswa akan mudah menyampaikan kebenaran. Dengan data mahasiswa akan mudah menentang kebathilan. Dengan data mahasiswa akan mudah membangun kebijakan. Sehingga, untuk mengawal isu ini, mahasiswa dituntut untuk rajin mencari informasi terbaru terkait Palestina agar mahasiswa dapat tampil dengan prima dalam menyuarakan dukungan dan kepeduliannya terhadap rakyat Palestina.
Kedua, melakukan edukasi yang mencerdaskan
Ada banyak bentuk edukasi pencerdasan yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam membangun opini publik. Diantaranya ialah aksi solidaritas, agitasi, orasi, teatrikal, tulisan, seminar, talk show, dan bentuk pencerdasan lainnya baik lewat media sosial maupun pencerdasan yang dilakukan secara langsung di tengah-tengah masyarakat. Pencerdasan yang dimaksud di sini adalah pemberian pengetahuan tentang informasi terkini tentang Palestina kepada masyarakat sehingga dapat memberikan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina. Pencerdasan akan mudah dilakukan oleh mahasiswa jika mahasiswa rajin mencari informasi dan kaya akan data.
Selain itu ditunjang juga oleh skill yang dimiliki oleh mahasiswa, sehingga hendaklah mahasiswa menyesuaikan dengan skill yang dimilikinya dalam melakukan suatu bentuk pencerdasan.
Ketiga, membangun jaringan
Kelebihan yang dimiliki mahasiswa adalah kemahirannya dalam membangun relasi dan jaringan. Langkah ini dapat dilakukan oleh mahasiwa dalam membangun hubungan yang continue dengan orang-orang yang peduli terhadap Palestina.
Keempat, menghimpun donasi
Sebagai seorang pemuda yang memiliki semangat yang luar biasa dan jiwa kepedulian yang tinggi, mahasiswa selalu tampil di garda terdepan dalam menghimpun donasi ketika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan seperti kebakaran, bencana alam, kecelakaan, kematian, dan lainnya. Hal yang sama pun dilakukan oleh mahasiswa sebagai bentuk kepeduliannya terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di Palestina.
Dengan turun ke jalan menghimpun donasi, mahasiswa menjadi penyambung tangan masyarakat dalam memberikan donasi untuk rakyat Palestina.
Bagaimana agar konstribusi ini masif di kalangan Mahasiswa ?
Mulaialah dari diri sendiri. Mulailah menumbuhkan kepedulian terhadap kondisi yang terjadi di Palestina. Palestina adalah negara yang telah terjajah sekian tahun lamanya. Kemerdekaan Indonesia saja mendapat dukungan dari Palestina. Kini negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia tengah terjajah.
Sebagai anak bangsa, patutlah kita menjadi bagian yang turut menyuarakan kemerdekaan untuk Palestina. Kepeduliaan yang terus kita pupuk, akan mendorong roda pergerakan kita dalam memberikan konstribusi terbaik dalam menyuarakan dukungan untuk rakyat Palestina.
Ketahuilah wahai mahasiswa. Kapasitas berbanding lurus dengan konstribusi. Ibarat sebuah gelas, semakin besar ukuran gelas akan semakin besar jumlah air yang bisa ia tampung dan berikan. Semakin besar dan banyak ilmu seseorang, semakin besar konstribusi dan kemanfaatannya bagi sesama. Teruslah belajar dan berkonstribusi untuk kejayaan umat Islam dan bangsa.*
Penulis adalah mahasiswi Universitas Mulawarman, Samarinda