Hidayatullah.com—Maroko mengajukan permohonan untuk bergabung dengan Uni Afrika lagi, setelah hengkang 32 tahun lalu dari organisasi itu sebagai protes terkait masalah pengakuan atas Sahara Barat.
Dalam pesannya di pertemuan tingkat tinggi UA di ibukota Rwanda, Kigali, hari Ahad (17/6/2016), Raja Muhammad VI mengatakan sudah waktunya Maroko menempati kursinya lagi di organisasi terbesar negara-negara Afrika itu.
“Sejak lama teman-teman kami meminta agar kami kembali bersama mereka agar Maroko dapat mengisi lagi tempat alamiahnya di keluarga institusionalnya,” kata Raja Muhammad VI dalam pidato pembukaan KTT yang akan berlangsung selama 2 hari itu.
“Momen itu telah tiba,” imbuhnya seperti dikutip Associated Press.
Menurut kantor berita resmi Maroko, MAP, pemimpin kerajaan itu mengatakan meskipun negaranya berhenti dari keanggotaan UA, tetapi “tidak pernah meninggalkan Afrika.”
Maroko keluar dari UA setelah organisasi itu mempertimbangkan untuk menerima Sahara Barat sebagai anggota resmi. Maroko selalu menganggap Sahara Barat sebagai bagian dari wilayah kerajaannya, sedangkan Front Polisario bentukan orang-orang Sahrawi yang mendiami daerah itu menuntut kemerdekaan.
Awal tahun ini, Maroko memerintahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa menarik sejumlah stafnya dan menutup kantor military liaison untuk pasukan penjaga perdamaian MINURSO, setelah Sekjen Ban Ki-moon menggunakan istilah “penjajahan” untuk menyebut kehadiran Maroko di Sahara Barat.
Dalam pesannya Raja Muhammad VI mendesak UA menimbang kembali sikapnya atas apa yang disebutnya sebagai “negara siluman”, dengan mengatakan bahwa solusi politik sedang diupayakan di bawah pengawasan PBB.
Sahara Barat bukan anggota PBB atau pun Liga Arab, kata Raja Maroko itu, seraya menambahkan sedikitnya 34 negara tidak mengakui Sahara Barat.
Diterima tidaknya permohonan Maroko itu harus diputuskan lewat pemungutan suara oleh anggota-anggota Uni Afrika.*