Pandemi telah menghancurkan keutuhan keluarga. Sebagaimana film CODA menampakkan perjuangan gigih dari keluarga difabel, bahwa karunia hidup harus dipertahankan dan diperjuangkan
Oleh: Enzen Okta Rifai, Lc
Hidayatullah.com | KESULITAN ekonomi yang melanda Indonesia dan dunia setelah menjalani tiga tahun masa pandemi, mengakibatkan dampak serius dalam kehidupan rumah-tangga bangsa. Kebijakan pemerintah dalam menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat pendapatan keluarga semakin terpuruk, yang berdampak pula pada meningkatnya kasus-kasus kekerasan dalam rumah-tangga (KDRT), yang akhirnya menimbulkan maraknya kasus perceraian di mana-mana.
Dalam film peraih Oscar tahun ini, “CODA”, tampaknya sutradara Sian Heder berhasil menampilkan isu masyarakat inklusif ke medium film. Pergulatan batin antara mengejar impian atau menuruti ekspektasi orang tua begitu kentara dalam adegan-adegan film tersebut.
Impian Ruby (diperankan Emilia Jones) untuk mengejar prestise di satu sisi, dengan tanggungjawabnya sebagai makhluk sosial di sisi lain, berbuah konflik batin yang sulit dijembatani, namun kemudian mengandung hikmah dan pelajaran yang luar biasa.
Film CODA, kepanjangan dari Child of Deaf Adults sama sekali tidak mengeksploitasi kondisi keluarga difabel untuk mengais-ngais air mata penonton. Ia juga bicara tentang tanggungjawab moral seorang ibu yang kuat dan tegar (Rossi Marlee), hingga penonton dapat menyaksikan perjuangan keluarga tunarungu yang sanggup bertahan hidup di tengah masyarakat, tanpa memandang rendah martabat mereka sebagai orang lain (liyan, Jawa).
Menghadapi bisnis keluarga yang terancam bangkrut, Ruby menghadapi dilema antara keluarga dan kecintaannya terhadap musik. Sulit bagi Ruby untuk mengembangkan bakat dan talentanya di tengah keluarga yang tak bisa mendengar suara indahnya.
Ruby mempersiapkan audisi untuk masuk Berklee College of Music, tetapi ia merasa keberatan untuk meninggalkan bisnis keluarganya sebagai nelayan. Lalu, apakah Ruby akan mengorbankan impian dan cita-citanya demi menjaga keutuhan keluarga?
Belajar sabar
Film CODA menampakkan perjuangan gigih dari keluarga difabel, bahwa karunia hidup harus dipertahankan dan diperjuangkan, sekeras apapun. Secara implisit, kita diajarkan bahwa pandemi Covid-19 yang berdampak pada depresi berskala masif, harus dihadapi dengan ketekunan dan kesabaran tinggi.
Sabar adalah jalan keluar ketika menghadapi kesulitan. Tetapi di sisi lain, sabar merupakan perjuangan menahan diri, mengendalikan emosi dari sikap frustasi dan keputusasaan.
Dalam kesabaran, ada upaya-upaya menahan emosi dan keinginan, menatap secara visioner demi masa depan, serta sikap toleran terhadap penundaan. Film CODA mengajarkan kita betapa kegigihan dan keuletan menghadapi ujian hidup, serta kemandirian dan keikhlasan, adalah solusi terbaik dalam menghadapi situasi yang tak menentu saat ini.
Bagaimanapun kita harus menerima kenyataan hidup, sepahit apapun. Hikmah yang bisa diambil ketika kita menerapkan kesabaran, adalah munculnya kesadaran bahwa hidup adalah gerak dan perjuangan.
Dengan sikap yang tegar dan sabar, akan tumbuh rasa optimistis bahwa setiap manusia akan menemukan kemudahan setelah mengalami kesulitan. Kesabaran merupakan kunci utama untuk memperoleh keberhasilan hidup.
Orang yang memegang-teguh prinsip ajaran agamanya, akan senantiasa memandang kehidupan keluarga, mempertahankannya, serta menghargai setiap anggota menjalankan fungsinya masing-masing. Karena bagaimanapun, fenomena keluarga tak lain merupakan peristiwa bersejarah dalam kehidupan manusia di muka bumi, di mana kita dipertemukan dan dipersatukan, dan dengen sendirinya sulit kita menyangkal peran dan camput-tangan Tuhan di dalamnya.
Riset mendalam dari sutradara Sian Heder, ketika masyarakat dunia saling membisu dan asyik dengan gawainya, teraplikasi dalam kehidupan keluarga Rossi dengan sangat apik dan menawan. Setiap tokoh dan adegan terasa sangat natural.
Selain itu, CODA juga menyajikan hal-hal yang mungkin kurang familier atau bahkan tidak diketahui khalayak, seperti bagaimana cara orang tuli menikmati alunan musik. Frank Rossi (Troy Kotsur) digambarkan sebagai penikmat musik rap yang banyak diisi suara-suara bass keras. Dari sana, penonton bisa mengetahui bahwa komunitas tuli juga menikmati musik melalui getaran suara.
Kita bisa memahami, sebelum penggarapan CODA, Sian Heder melakukan riset dan penelitian bertahun-tahun tentang dunia bisnis kaum nelayan, juga mempelajari bahasa-bahasa isyarat bagi kaum tunarungu. Tokoh Ruby ditampilkan selaku penerjemah dari Frank Rossi (Troy Castur), Marlee Rossi (Marlee Martin), dan Leo Rossi (Daniel Durrant) untuk berbagai situasi, bahkan untuk urusan bisnis keluarganya sebagai nelayan.
Keluarga sejahtera
Keluarga adalah masyarakat terkecil yang terdiri dari pasangan suami-istri yang terbentuk melalui pernikahan, maka lahirlah anak-cucu dari mereka. Dalam terminologi Islam dikenal kata “sakinah” yang berarti keluarga yang menentramkan dan memberi ketenangan batin.
Sakinah bersumber dari kalbu, hati nurani, kemudian terpancar dalam berbagai bentuk karya dan aktivitas yang positif. Tujuan utama pernikahan adalah untuk mencapai sakinah, rasa cinta-kasih, serta kebahagiaan hidup yang tidak bersifat instan dan sementara.
Namun demikian, sebagaimana lika-liku kehidupan yang terpancar dalam CODA, ketentraman hidup berumah-tangga bukanlah jatuh gratis dari langit. Ia harus diperjuangkan dengan penuh ketekunan dan kesabaran.
Jika rumah-tangga selalu diliputi berbagai-macam masalah yang berujung percekcokan, pertengkaran, tanpa ada penyelesaian yang baik, maka keluarga tersebut akan mengalami kesulitan untuk mencapai derajat sakinah.
Perasaan saling mengasihi dan menyayangi adalah prasyarat yang terbentuk dari manusia-manusia religius yang mampu menahami pesan-pesan moral dalam agamanya. Tanpa memahami ajaran agama dengan baik, kualitas hidup berumah-tangga akan sulit tercapai.
Dalam filosofi ajaran-ajaran agama, terkandung hikmah, yang bisa mengantarkan kehidupan keluarga tercegah dari hal-hal negatif, serta mendorong kecenderungan pasangan saling mencintai, mengasihi dan sikap saling memaafkan antara satu anggota keluarga dengan anggota keluarga lainnya.
Dalam keluarga sakinah terdapat komitmen hati nurani yang tulus dan ikhlas, bahwa masing-masing pasangan menginginkan agar hidup bersama selamanya hingga akhir hayat. Mereka akan turut-serta menanggung, berempati dalam kesedihan, juga merasakan kesenangan dan kebahagiaan yang dialami pasangannya.
Dalam keluarga sakinah, senantiasa akan bertambah kenangan indah karena saling memberi dan menerima, serta ketulusan untuk saling berbagi dan memelihara komitmen antara satu dengan yang lainnya. Karena itu, kembali pada pesan sentral film CODA, bahwa kesabaran adalah jalan terbaik untuk menghadapi segala lika-liku persoalan dalam menjaga keutuhan rumah-tangga bangsa.*
Pendidik di Pondok Pesantren Al-Bayan, alumni International University of Africa (Republik Sudan)