Oleh: Sahlah Al Ghumaishaa
BEBERAPA hari yang lalu, nama bangsa Indonesia kembali harum di mancanegara, ketenaran bangsa di kenal bukan karena ajang miss universnya, ladang korupsinya, dan arena orientasi dunia lainnya. Tetapi, Indonesia diharumkan namanya karena orientasi akhirat kembali mencuat di Mesir.
Ya siapa lagi kalau bukan Si bocah kecil usia 7 tahun bernama Musa bin La Ode Abu Hanifah, yang tampil di ajang MHQ Internasional dan menyabet juara 3 dari 80 peserta dari 60 negara.
Sebagai warga negara Indonesia saya bangga, dan emang patut di ajungi jempol. Si Musa tidaklah bisa tampil tanpa diawali usaha yang ekstra, kemampuan yang dimilikinya adalah berkat usaha dan kerja keras orang tuanya dalam mendidiknya. Masya Allah!
Orang tua Musa telah memenuhi seruan sebagai pemimpin di dalam keluarganya, inilah salah satu gambaran seorang pemimpin keluarga yang senantiasa menuntun anak-anaknya sebagai anak sholeh-sholehah yang mencintai al-Quran dan menghafalkannya.
Pemberitaan yang menghantarkan kebaikan, bagaimana menjadi orang tua yang telah sukses mengahantarkan anaknya, termasuk berita perwakilan Indonesia dalam sebuah acara MHQ (Musabaqah Hifdzil Quran) patut menjadi prioritas di negeri ini.
Bagaimanapun jika pemimpin yang ada adalah orang-orang baik, adil dan sholeh, pasti akan melahirkan kebaikan di semua sisi. Kebaikan dan ridho Allah, akan melahirkan keberkahan di semua aspeknya. Jika pemimpinnya baik, mustahil dia akan melahirkan keburukan.
“Setiap engkau adalah pemelihara, dan setiap engkau akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya: Seorang pemimpin adalah pemelihara, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Seorang laki-laki juga pemelihara dalam keluarganya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya. Dan seorang perempuan adalah pemelihara dalam rumah suaminya, ia akan dimintai pertanggung jawaban mengenai apa yang menjadi tanggung jawab pemeliharaannya.” [HR. al-Bukhâri]
Musa Juara 3 Pada Hifzil Quran Internasional Meski Jadi Peserta Paling Kecil
Tetapi di sisi lain ada beberapa orang tua yang tengah berperan mendidik anak-anaknya sebagai generasi yang akan mengharumkan nama bangsa dan agama, namun nyawa sang ayah justru melayang di tangan aparat negara. Apakah keadilan di negeri ini baik-baik saja? Bagaimana tanggung jawabnya nanti sebagai pemimpin dalam menjaga keamanan negara ini?
Selain itu, ada kesedihan menatap wajah sang orang tua sepuh berjubah, berambut, dan berjenggot putih. Kedua tangan keriputnya diborgol, dan diiringi oleh aparat negara ketika pemindahan kediaman sebagai narapidana, yang entah kapan masalahnya berujung dan diselesaikan. Lagi-lagi putra-putrinya beserta cucu-cucunya kehilangan kebersamaan orang yang dicintainya. Ia yang di tahan dalam sel isolasi berukuran 3×4 m, dengan kebijakan sel terkunci 24 jam, serta dilarang melaksanakan shalat berjamaah serta shalat Jum’at di masjid.
Kini dipindahkan tempat penahanannya dari LP Pasir Putih, Nusakambangan ke LP Gunung Sidur, Bogor Kawa Barat. Apakah haknya terpenuhi sebagai tahanan, oleh pemimpin yang telah menetapkannya untuk ditahan?
Abubakar Ba’asyir Dipindahkan ke LP Gunung Sindur, Keluarga Tak Diberi Tahu
Saya sebagai anak sekaligus calon orang tua, ada kekhawatiran akan keamanan Hak Asasi Manusia di negara merdeka ini, seakan-akan pembelaan HAM timpang begitu saja. Adakah oknum-oknum tertentu dibalik semua skenario ini?, hanyalah pemimpin yang sholeh, yang bisa menerapkan kata “adil” sesungguhnya. Hanya pemimpin yang sholeh pula mengerti makna “haq” dan “bathil” yang sesungguhnya.
Semoga Allah menurunkan kita pemimpin sholeh, berakhlak dan adil. Pemimpin-pemimpin di segala aspek memimpin dengan memberikan hak sepenuhnya bagi yang dipimpinnya, karena ada pertanggungjawaban di akhirat selain menjalangkan tanggung jawab di dunia.*
Penulis aktif di Komunitas Penulis Malika