Oleh: Muhajirin, LC
PADA tanggal 18 Dzulhijjah umat Syiah merayakan hari raya Ghadir Khum (Idul Ghadir), dalam catatan, acara seperti ini banyak diperingati Syiah Indonesia setiap tahun.
Seiring itu, beredar kabar dari media sosial, seorang tokoh kontroversial Syiah kontroversial asal Australia, Muhammad At-Tawhidi juga akan menghadiri acara ini di Jakarta.[Baca: Tokoh Syiah Australia akan ke Jakarta, Ini Jawaban Komisi Hukum MUI]
Kabar ini mendapat banyak protes berbagai pihak, mengingat At Tawhidi adalah Syiah ektrim yang gemar mencela Sahabat-sahabat Nabi dan simbol-simbol Ahlus Sunnah. Meski dua ormas besar Syiah di Indonesia ABI dan IJABI mengeluarkan pernyataan resmi menolak kedatangan Muhammad At-Tawhidi tetap datang. Terbukti beredarnya foto-foto Tawhidi mengisi kegiatan bersama istri Dewan Syuro IJABI, Jalaluddin Rakhmat, yaitu Emilia Renita AZ.
Benarkan organisasi-organisasi Syiah menolak kedatangan tokoh Syiah kontroversial Muhammad Tawhidi?
Jika dilihat pernyataan sikap penolakan yang dikeluarkan oleh ABI dan IJABI seakan meninggalkan kesan bagi umat Islam di Indonesia dua organisasi Syiah ini lurus, cinta damai dan persatuan. Bukan kelompok ekstrim seperti Muhammad Tawhidi.
Namun bagi siapa saja yang mengenal dan paham pemikiran dan ideologi dasar Syiah, pasti akan tahu bahwa pemikiran seperti Tawhidi bukan hal aneh di semua aliran Syiah. Sebab sikap seperti itu juga dibawah oleh hamper semua tokoh Syiah, bahkan jauh lebih kontroversial dari At-Tawhidi.
Mereka bahkan tokoh-tokoh yang senantiasa menjadi simbol-simbol utama Syiah, hingga di antara mereka ada yang foto-fotonya dipajang di rumah-rumah dan markaz Syiah, bak pahlawan besar yang senantiasa menjadi panutan dan inspirasi hidup.
Berikut beberapa kutipan dari sekian kontroversi dua tokoh- besar Syiah klasik dan kontemporer:
Pertama: Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini
a. Ya’qub Al-Kualini pernah membahar tentang tahrif (distorsi Al-Qur`an). Dalam Kitab Ushul Al-Kafi juz 1 hal 634 memuat hadits versi Syiah berupa :
عن أبي عبد الله (ع) قال : إن القرآن الذي جاء به جبريل (ع) إلى محمد (ص) سبعة عشر آية.
“Dari Abu Abdillah berkata: “Sesungguhnya Al-Qur`an yang dibawa Jibril kepada Muhammad berjumlah tujuh belas ayat.”
Dan dalam sumber yang sama di juz 1 hal 228 Al-Kulaini juga memuat riwayat konterversial :
قال أبو جعفر (ع) : ما ادعى أحد من الناس أنه جمع القرآن كله كما أنزل إلا كذاب. ما جمعه وحفظه كما نزله الله تعالى إلا علي بن أبي طالب (ع) والأئمة من بعده
“Abu Jakfar berkata : “Tidak ada seorangpun yang mengaku bahwa dia telah melakukan kodifikasi (membukukan) Al-Qur`an seluruhnya sesuai dengan teks yang turun kecuali dia adalah pendusta besar, tidak ada yang bisa membukukan dan menjaga hafalan Al-Qur`an sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Allah kecuali Ali bin Abu Thalib dan para imam sesudahnya.”
b. Tentang pengkafiran sahabat, dalam Ushul Al-Kafi juz 1 hal 373 Al-Kulaini memuat riwayat
عن أبي يعفور عن أبي عبد الله قال : سمعته يقول : ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم : من ادعى إمامة من الله ليست له ومن جحد إماما من الله، ومن زعم أن لهما في الإسلام نصيب
“Dari Abu Yakfur berkata, aku mendengar Abu Abdillah berkata, “ada tiga orang yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak dibersihkan dosanya dan mereka mendapatkan adzab yang pedih; yaitu orang yang mengklaim kepemimpinan dari Allah yang bukan miliknya, yang membangkang imam dari Allah dan yang mengira bahwa mereka berdua (Abu Bakar dan Umar) tergolong muslim.”
Kedua; Khomeini
a. Tentang tahrif Al-Qur`an, memang khomeini tidak seterang dan seberani para pendahulunya dalam mengungkapkan adanya distorsi di dalam Al-Qur`an, namun jika kita perhatikan dalam pernyataan dia ini akan mengarah pada keyakinan yang sama.
Dalam Kitab Kasyfu Al-Asrar yang diterbitkan oleh Pustaka Daaru ‘Ammar, di halaman 131 khomeini menyebutkan :
لو كانت مسألة الإمامة قد تم تثبيتها في القرآن، فإن أولئك الذين لا يعنون بالإسلام والقرآن إلا لأغراض الدنيا والرئاسة كانوا يتخذون من القرآن وسيلة لأغراضهم المشبوهة، ويحذفون تلك الآيات من صفحاته، ويسقطون القرآن من أنظار العالمين ويلصقون العار وإلى الأبد بالمسلمين وبالقرآن، ويثبتون ذلك العيب الذي يأخذه المسلمون على كتب اليهود والنصارى.”
“Meski masalah imamah sejatinya ada ketetapannya di dalam Al-Qur`an, namun mereka yang tidak memahami islam dan Al-Qur`an kecuali untuk tujuan dunia dan kekuasaannya, dan menjadikan sebagian ayat Al-qur`an sebagai sarana untuk kepentingan dunianya, mereka menyingkirkan ayat-ayat imamah dari lembaran-lembaran Al-Qur`an dan mengeliminir Al-Qur`an dari pandangan mata semua orang, lalu menempelkan cela pada kaum muslimin dan Al-Qur`an seterusnya, kemudian menetapkan keburukan (kepalsuan) yang diambil oleh kaum muslimin sebagaimana yang dilakukan Yahudi dan Nasrani terhadap kitab mereka.” (BERSAMBUNG).. ABI dan Ijabi tak ekstrim?
Penulis pemerhati masalah keagamaan