oleh: Ady Amar
Hidayatullah.com | Permadi Arya, suka atau tidak suka, namanya makin ngetop. Dibicarakan hari-hari ini, menyita perhatian publik. Ulahnya memang tidak wajar. Dan itu pada hal-hal yang tabu, SARA. Hal tidak sepatutnya
Permadi Arya memang tampak aneh perangainya, itu bisa dilihat dari foto-foto dirinya. Pose yang dipilih tampak aneh buat pandangan umum. Foto dirinya dibuat dengan tingkah absurd.
Mulutnya dimonyong-moyongkan, seperti anak balita yang sedang maknyun pada bundanya. Pose dengan lagak bak bangau, atau mata menatap ke atas, dengan maksud tidak jelas. Atau pose tengah berdoa dengan wajah diculun-culunkan.
Tampaknya ia nikmati polah dengan adegan itu. Pastilah berharap siapa saja yang melihat tampilannya, jika bagian dari kelompoknya akan terhibur, dan tentu dapat pujian.
Sedang harapan lainnya, tentu orang di luar kelompoknya, yang melihat posenya akan muak gregetan. Sebenarnya itu tujuan yang ingin dicapainya. Maka tingkah polanya dibuat aneh.
Tingkah pola Permadi Arya ini mengingatkan pada pelawak tempo dulu, yang jika mbanyol bukan cuma pakai mulut, tapi juga muka dan sekalian tubuhnya ditekuk-tekuk, agar penonton bisa tertawa.
Pose yang dipilihnya, untuk sementara mampu menghibur dan sekaligus menyebalkan. Hari-harinya terutama ia isi dengan pekerjaan “menghibur”, tentu bagi yang membayarnya.
Pastilah dompetnya lambat laun akan menebal. Hidup penuh puja-puja kelompoknya. Bahkan bisa dikata, ia salah satu paling populer di kelompoknya, melebihi rekan seprofesi lainnya, Denny Siregar.
Permadi Arya, dikenal pula dengan Abu Janda. Itu bermakna bapak dari seorang perempuan yang menjanda. Tampaknya mustahil, ia punya anak perempuan yang sudah menjanda. Atau memang ia berharap kelak anak perempuannya menjadi janda. Karenanya jauh-jauh hari ia sudah mematenkan namanya, Abu Janda.
Permadi Arya ini populer di zaman Presiden Jokowi. Di era Pak Beye, ia tidak dikenal. Begitu pula yang lainnya. Mereka lalu dikenal sebagai buzzer. Membela Pak Jokowi dan orang sekitarnya, jika ada kritik dari lawan politiknya.
Menang Melawan Semuanya
Adalah Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur, KH Abdussalam Sokhib, yang heran dengan nada tanya, “Kok bisa seorang Abu Janda yang tidak jelas asal-usulnya menjadi tokoh yang kemudian pernyataan-pernyataannya ini sering menghebohkan, kalau tidak ada orang-orang di balik itu tidak mungkin,” katanya. (29/1).
Lalu tambahnya, “Abu Janda tidak ada kaitannya dengan NU. Sebaliknya pernyataannya banyak merugikan NU.”
Begitu pula Wakil Ketua Umum MUI, Buya Anwar Abbas menilai, “Permadi Arya telah merendahkan umat Islam. Merusak citra pemerintah di mata umat.”
Tambahnya, “Merusak citra Presiden Jokowi dan merusak citra Kepolisian. Terkesan ia seseorang yang dipelihara oleh pemerintah dan kepolisian, sehingga yang bersangkutan tidak terjamah hukum.” (29/1).
Baca: FB-nya Ditutup terkait ‘Saracen’, Abu Janda akui Kehilangan Pekerjaan
Konon KNPI tengah mengumpulkan OKP (Organisasi Kepemudaan) berbasis Islam, untuk melaporkan Permadi Arya atas tuduhan penghinaan terhadap agama Islam. Dimana ia katakan, bahwa agama Islam adalah agama arogan. Kita lihat saja kelanjutannya.
Menarik komen dari Ibu Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Perikanan dan Kelautan, pribadi yang biasanya tidak suka “masuk” pada wilayah beraroma politik sampai harus urun komen.
Ia mengajak netizen ramai-ramai unfollow akun Twitter Permadi Arya. Ini berkaitan cuitan rasisnya terhadap eks Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai. (29/1).
“Saya pikir saatnya dihentikan ocehan2 model seperti ini yang selalu menyinggung perasaan publik. Tidak sepantasnya di masa sulit pandemic, hal2 yg tidak positif dibiarkan. Ayo kita un follow, dan jangan perdulikan lagi orang2 seperti ini. Salam sehat & damai,” ujarnya.
Dan bukan Permadi Arya, jika lalu tidak menanggapi komen itu, “Bu Susi ini intinya sumbu pendek, reaktif terhadap headline yang dia baca, hak asasi kok mau sumbu pendek dan reaktif terhadap apa yang dia baca,” sergahnya (29/1).
Tentu banyak yang lainnya yang meminta Permadi Arya alias Abu Janda untuk ditangkap. Suara-suara dari Senayan pun, dari lintas partai, menghendaki hal yang sama.
Permadi Arya yang “sakti” itu masih aman-aman saja, memang tidak muda mentersangkakannya. Meski Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, saat anjangsana ke kantor PP Muhammadiyah, Jumat (29/1), memberi janji.
Janjinya, “Bahwa pihaknya tak akan memberi ampun terhadap pelaku yang hendak memecah belah umat dengan isu SARA, termasuk hal yang berbau rasisme.
Sulit Disentuh
Tampak seolah upaya mengeroyok Permadi Arya dilakukan. Tentu itu bukan ngeroyok sembarang ngeroyok, justru ini “wajib” dilakukan. Masalah rasisme, itu isu yang mesti diperangi. Dunia pun mengutuk, menindak, dan tidak memberi ruang sedikitpun pada isu-isu rasis.
Pun masalah agama, itu bukan masalah yang boleh dibuat main-main dengan pernyataan “menyerang”. Tidak ada ruang untuk isu-isu sensitif semacam itu.
Maka pernyataan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang tidak akan memberi ampun pada pelaku rasisme, itu tengah dinantikan.
Mampukah ia menangani isu rasisme itu dengan memeriksa Permadi Arya, yang jelas melakukan perlakuan rasis atas Natalius Pigai, dan penghinaan atas agama mayoritas.
Baca: Abu Janda Dipolisikan Lagi atas Dugaan Penistaan Agama
Soal itu bisa dilihat dalam dua-tiga hari kedepan, apakah ada tindak lanjut dari kepolisian memeriksa Permadi Arya alias Abu Janda atas tududhan rasisme, atau justru sebaliknya.
Jika tidak ada tindak lanjut dari pihak kepolisian mentersangkakan Permadi Arya, sebagaimana Ambroncius Nababan, Ketua Umum Projamin, maka Permadi Arya benar-benar pribadi yang dikasihi dan dirawat “kakak pembina” sepenuh hati.
Siapa kakak pembina yang “menaungi” para buzzer, sebagaimana pernah disampaikan Natalius Pigai itu, tentu pastilah orang kuat yang mampu “berdiri” di atas hukum itu sendiri. Pastilah ia lebih kuat dari Pak Lystio… Wallahu a’lam.*
Kolumnis, tinggal di Surabaya
Opini lain Ady Amar bisa klik di sini