Iran mengakui jumlah orang yang ditahan sehubungan dengan aksi protes lebih dari 22.000, seorang kerabat salah satu anak yang ditangkap mengisahkan disetrum, dipukul dengan gagang pistol
Hidayatullah.com | APARAT intelijen dan keamanan Iran telah melakukan penyiksaan yang mengerikan terhadap anak-anak yang dianggap terlibat dalam gelombang aksi demonstrasi beberapa waktu terakhir. Demikian temuan Amnesty International belum lama ini.
“Agen negara Iran telah merenggut anak-anak dari keluarga mereka dan melakukan kekejaman yang tak terduga. Sangat menjijikkan, para pejabat telah menggunakan kekuasaan secara kriminal atas anak-anak yang rentan, menimbulkan rasa sakit dan penderitaan yang parah, sehingga meninggalkan luka fisik dan mental. Kekerasan terhadap anak-anak ini seperti strategi yang disengaja untuk menghancurkan semangat para pemuda agar menghentikan tuntutan kebebasan dan hak asasi manusia,” kata Diana Eltahawy, Wakil Direktur Regional Amnesty International untuk Timur Tengah dan Afrika Utara dikutip laman resmi lembaga itu.
Amnesty menuntut agar pihak berwenang Iran segera membebaskan semua anak yang ditahan. Karena sulit dilakukan investigasi imparsial, maka para aktivis meminta semua negara untuk menjalankan yurisdiksi universal berdasar hukum internasional atas pejabat Iran, termasuk bagi para komandan yang diduga bertanggung jawab atas kejahatan dan penyiksaan terhadap anak-anak dan pengunjuk rasa.
Dalam investigasi yang dilakukannya, Amnesty telah mendokumentasikan setidaknya kasus tujuh anak secara rinci. Ada kesaksian dari 19 saksi mata, para korban dan keluarga mereka, termasuk dari dua pengacara dan 17 tahanan dewasa yang ditahan bersama anak-anak.
Para korban dan saksi mata itu berasal dari provinsi di seluruh Iran, termasuk Azerbaijan Timur, Golestan , Kermanshah, Khorasan-e Razavi, Khuzestan, Lorestan , Mazandaran, Sistan dan Baluchestan, Teheran, dan Zanjan.
Penahanan Massal Anak-anak
Pihak berwenang Iran telah mengakui bahwa jumlah orang yang ditahan sehubungan dengan gelombang protes mencapai lebih dari 22.000. Namun tidak ada rincian tentang berapa banyak anak-anak yang ditahan.
Media pemerintah pernah melaporkan bahwa anak-anak merupakan bagian yang signifikan dari pengunjuk rasa. Puluhan tahanan dari seluruh negeri juga mengaku menyaksikan pasukan keamanan menahan puluhan anak.
Berdasar data itu, Amnesty International memperkirakan ada ribuan anak yang ditangkap. Sebagaimana orang dewasa, anak-anak itu dibawa –seringkali dengan mata tertutup– ke pusat penahanan yang dikendalikan oleh aparat pengawal revolusi, kementerian intelijen, polisi keamanan publik, serta unit investigasi polisi Iran.
Setelah berhari-hari atau berminggu-minggu ditahan atau diculik tanpa komunikasi, mereka kemudian dipindahkan ke penjara. Aparat berpakaian preman banyak menculik orang dari jalanan, lalu membawa mereka ke tempat seperti gudang.
Di situlah orang dan anak-anak yang ditangkap itu disiksa. Penculikan semacam itu dilakukan tanpa proses hukum serta dimaksudkan untuk mengintimidasi dan mencegah anak-anak berpartisipasi dalam aksi protes.
Banyak anak yang ditahan bersama orang dewasa, hal yang bertentangan dengan standar internasional. Seorang mantan tahanan dewasa mengatakan, di satu provinsi, agen paramiliter memaksa beberapa anak laki-laki untuk berdiri dengan kaki terpisah dalam barisan di samping tahanan dewasa dan menyetrum area genital mereka dengan senjata bius.
Penyiksaan terhadap tahanan anak-anak dilakukan dengan berbagai modus. Misalnya dengan pemukulan, pencambukan, penyetruman dengan senjata kejut listrik, pemberian pil secara paksa, menyeret leher yang diikat dengan syal, dan membenamkan kepala anak-anak ke dalam air.
Sebagian besar anak yang ditangkap selama enam bulan terakhir telah dibebaskan. Banyak di antara mereka itu baru dibebaskan setelah dipaksa menandatangani surat “pertobatan” dan berjanji untuk tidak ikut dalam “aktivitas politik”, serta mau menghadiri aksi unjuk rasa pro-pemerintah.
Sebelum dibebaskan, agen negara mengancam anak-anak dengan tuntutan hukuman mati atau dengan penangkapan kerabat jika mereka mengadukan hal itu. Meskipun ada ancaman semacam itu, ada keluarga korban yang mengajukan pengaduan resmi ke otoritas peradilan, tetapi tidak ada yang diselidiki.
Pemerkosaan dan Kekerasan Seksual
Amnesty International juga menemukan data adanya kekerasan seksual, seperti pemerkosaan serta menyentuh dan menyetrum alat kelamin. Itu dilakukan terhadap tahanan anak laki-laki dan perempuan untuk menakut-nakuti, mematahkan semangat, mempermalukan, menghukum, mengorek pengakuan.
Tahanan perempuan juga mengalami cercaan seksual serta ancaman ditelanjangi. Seorang ibu bercerita kepada Amnesty: “Kata putra saya, mereka menggantungnya sampai lengan seperti akan robek. Anak saya dipaksa untuk mengatakan apa yang mereka inginkan. Mereka memperkosa dengan pipa air. Mereka menarik tangan dan memaksa anak saya membuat sidik jari di kertas-kertas.”
Seorang kerabat salah satu anak yang ditangkap juga mengisahkan: “Mereka menyetrum kami, memukul wajah dengan gagang pistol, menyetrum punggung dan memukuli kaki dan tangan dengan pentungan. Mereka mengancam jika kami memberitahu siapapun, maka kami akan ditahan lagi dan melakukan hal lebih buruk lagi, bahkan menyerahkan mayat kami kepada keluarga.”
Seorang anak laki-laki menceritakan, “Mereka menyuruh kami (lebih dari selusin) agar berkotek seperti ayam selama setengah jam hingga kami ‘bertelur’. Kami kemudian dipaksa push-up selama satu jam. Saya adalah satu-satunya anak di sana. Di pusat penahanan lain, mereka memasukkan 30 tahanan ke dalam sangkar yang kapasitasnya hanya untuk lima orang.”
Anak-anak juga ditahan dalam sel yang buruk dan tidak manusiawi. Mereka berdesak-desakan, toiletnya tidak layak, kekurangan makanan dan minuman, dan di tengah cuaca dingin ekstrim. Anak-anak juga tidak mendapat perawatan medis yang memadai, termasuk untuk luka-luka yang dideritanya akibat penyiksaan.*/Pambudi