Hidayatullah.com– Swis dan Austria yang selama ini dikenal netral telah menandatangani declaration of intent (DoI) untuk bergabung dengab sistem pertahanan udara Eropa Sky Shield.
Sistem itu diprakarsai Jerman menyusul invasi Rusia ke Ukraina, dan dirancang guna memungkinkan negara-negara Eropa membeli sistem pertahanan udara bersama, berlatih bersama.
Benua Eropa saat ini sedang tidak stabil, dan bagi banyak negara peningkatan pertahanan udara menjadi keharusan. Pemerintah Swiss mengatakan bekerja dengan tetangga Eropa dalam sistem yang sama merupakan langkah strategis sekaligus masuk akal secara finansial.
Austria juga dikenal sebagai negara netral, dan pemerintah di Wina berpendapat bahwa dengan mengumpulkan sumber daya militer dapat mempertahankan status itu, lansir BBC Jumat (7/7/2023).
Ini bukan pertama kalinya Swiss memperlonggar sikap netral yang biasanya ketat.
Sebagai bagian dari kemitraan dengan NATO dalam bidang pertahanan, Swiss mengirimkan batalion pasukan perdamaian di Kosovo selama dua puluh tahun. Selain itu, Swiss juga bergabung dengan Uni Eropa dalam menerapkan sanksi terhadap Rusia.
Saat ini, sudah 19 negara meneken kerja sama pertahanan udara Sky Shield, termasuk Inggris, negara-negara di kawasan Baltik dan Nordik, Hungaria, Rumania, serta Bulgaria.
Namun, menurut sebagian politisi sayap kanan partisipasi dalam Sky Shield agak riskan dan membuat Swiss terseret lebih jauh ke pelukan NATO, sementara Swiss dan Austria bersikukuh bahwa sikap netral mereka tidak berubah.
Contoh problematika itu, misalnya ada serangan udara yang ditujukan kepada salah satu negara tetangga melintas di atas Swiss, apakah Swiss harus menembak jatuh atau menangkal serangan itu padahal Swiss tidak terlibat di dalam konflik?.
Sikap netral Swiss dapat ditelusuri sejarahnya ke abad XIX. Kala itu, Swiss dihimpit oleh negara-negara tetangga yang lebih besar dan kuat yang saling bermusuhan. Agar negerinya tetap tentram dan damai, pemimpin Swiss kala itu menawarkan sikap netral dan wilayahnya menjadi batas yang tidak boleh dilintasi oleh para pihak yang saling berperang.
Swiss, dengan sikap netralnya itu juga selamat dari kehancuran Perang Dunia II, yang berkontribusi pada kemakmuran ekonomi negara saat ini.
Namun, sekarang Swiss merupakan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan PBB sudah menyatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina merupakan pelanggaran terhadap Piagam PBB.
Bulan lalu, parlemen Swiss menolak usulan yang akan memperbolehkan senjata dan alat perang buatan Swiss dikirim ke Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan permintaan langsung ke parlemen Swiss bahwa negaranya membutuhkan tank-tank Leopard Swiss yang banyak menganggur tidak dipakai untuk memulihkan kondisi negaranya.*