Hidayatullah.com– Aborsi di Prancis mencapai angka tertinggi dalam kurun 30 tahun.
Pada 2022 angka aborsi medis di Prancis mencapai tingkat tertinggi sejak 1990, setelah dilakukan penyederhanaan proses bagi kaum wanita mau menggugurkan kehamilan yang tidak diharapkannya.
Tahun lalu tercatat 234.300 aborsi di Prancis, 218.400 di antaranya terjadi di wilayah daratan, menurut hasil studi yang diterbitkan pada hari Rabu oleh badan statistik publik Drees, seperti dilansir AFP Kamis (28/9/2023).
Angka itu naik setelah mengalami penurunan selama dua tahun akibat pandemi Covid-19.
Sebagian besar prosedurnya merupakan aborsi medis, yang dilakukan di luar rumah sakit. Pelaku aborsi kebanyakan wanita berusia antara 20 dan 29 tahun.
Sementara batas akhir untuk dapat melakukan aborsi diperpanjang dari usia kehamilan 12 menjadi 14 pekan pada awal 2022, aborsi yang juluki “terlambat” ini hanya mencakup 20 persen dari 7.000 prosedur tambahan yang tercatat dalam satu tahun.
Sejak 2021, prosedur untuk mendapatkan aborsi dipermudah. Wanita hamil tidak lagi diminta uang muka sebelum menjalani tes dan prosedur aborsi yang biayanya mencapai ratusan euro.
Mereka juga dapat meminta anonimitas (disembunyikan identitasnya) dan melakukan seluruh proses lewat konsultasi video, meminum obat di rumah. Praktik seperti itu, yang diizinkan selama lockdown Covid-19 pertama pada tahun 2020, kemudian diperpanjang.
Pada 2022, tercatat 144.600 aborsi yang dilakukan di rumah sakit dan 89.600 aborsi di luar rumah sakit, termasuk yang dilakukan lewat konsultasi lewat video dan bedah aborsi di klinik.
Hasil studi yang dilaporkan Drees itu menggarisbawahi bahwa aborsi medis yang angkanya meningkat.
Aborsi medis mencakup hampir delapan dari sepuluh prosedur pada 2022, arau 78 persen. Bandingkan angka itu dengan aborsi medis pada 2019 yang mencapai 68 persen dan 31 persen di tahun 2000.
Kenaikan angka aborsi terjadi menyusul perubahan aturan pada 2020 yang memperbolehkan wanita hamil memilih untuk melakukan aborsi paling lambat sampai usia kandungannya 9 pekan, tidak lagi 7 pekan.
Hasil studi juga menunjukkan bahwa dsri keseluruhan prosedur aborsi medis, hanya setengah lebih sedikit yang dilakukan di dalam rumah sakit. Sebanyak 44 persen kasus dilakukan di tempat praktik swasta dan 5 persen dilakukan di klinik atau pusat kesehatan seksual.*