Hidayatullah.com– Angka kejahatan di ibu kota Korea Selatan, Seoul, dilaporkan turun. Namun, kecemasan di kalangan masyarakat justru meningkat, terutama di kalangan wanita dan orang dewasa yang berusia lebih tua, menurut laporan yang dirilis oleh the Seoul Foundation of Women and Family hari Ahad (19/5/2024).
Yayasan tersebut mempublikasikan laporan yang disusun berdasarkan data yang diberikan oleh Statistics Korea, yang mewawancarai 3.007 penduduk Seoul berusia 20 tahun atau lebih pada 2022.
Menurut laporan itu, angka kejahatan di ibu kota turun dari 296.178 pada 2020 menjadi 279.507 pada 2022. Lima kejahatan besar – pembunuhan, perampokan, pencurian, penyerangan dan kejahatan seksual – juga turun dari 92.679 menjadi 90.339 pada periode yang sama.
Meskipun terjadi penurunan angka kejahatan, perasaan aman di kalangan masyarakat rupanya tidak membaik. Dalam skala 1 (sangat aman) hingga 5 (sangat tidak aman), rata-rata skor naik sedikit dari 3,13 pada 2020 menjadi 13,17 pada 2022, yang menunjukkan adanya peningkatan persepsi ketidakamanan.
Laporan itu menyebutkan bahwa kaum Hawa lebih merasa cemas dibandingkan kaum Adam terkait potensi kejahatan yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pada skala dari 1 (merasa sangat aman) hingga 10 (merasa sangat cemas) wanita berada di skor 6,38 sementara pria di skor 5,4.
Di lihat dari kelompok umur, mereka yang berusia 60-an tahun atau lebih laki-laki maupun perempuan mengalami tingkat kecemasan tertinggi pada skor 6,18, disusul kemudian oleh kelompok umur 40-an dan 50-an tahun pada skor 5,81 dan kelompok umur 20-an berada di skor 5,79.
Mereka yang hidup sendirian tidak terlalu cemas (5,86) dibandingkan mereka yang hidup bersama keluarga atau orang lain (5,92). Ketika faktor usia dimasukkan, wanita berusia 60-an tahun atau lebih yang hidup sendiri memiliki kecemasan paling tinggi yaitu 6,96.
Laporan itu menyebutkan bahwa kenaikan kecemasan di kalangan orang dewasa berusia lebih tua kemungkinan juga dipengaruhi oleh berkurangnya status sosio-ekonomi mereka usai pensiun, membuat mereka merasa lebih rentan menjadi target kejahatan.
Seorang pengurus dari yayasan itu menyarankan supaya pemerintah ketika membuat kebijakan terkait keamanan perlu untuk memasukkan pertimbangan usia, tidak hanya mempertimbangkan kalangan wanita muda tetapi juga wanita manula, lansir Korea Times.*