Hidayatullah.com–Sebuah rombongan diplomatik Inggris, yang dikabarkan di dalamnya terdapat anggota pasukan khusus, meninggalkan Libya pada hari Ahad (6/3), setelah ditangkap pasukan pemberontak di sebelah timur kota Benghazi.
Pihak Inggris mengatakan, delegasinya meninggalkan Libya setelah “mengalami kesulitan”. Inggris tidak menyebut-nyebut tentang anggota pasukan khusus yang ikut dalam rombongan tersebut.
Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan bahwa masalah yang dihadapi tim delegasinya sudah “diselesaikan dengan memuaskan” dan Inggris akan mengirim delegasi lain untuk bertemu dengan para pemimpin kelompok pemberontak dalam waktu dekat.
Seorang jurubicara pemberontak di Benghazi membenarkan bahwa rombongan itu, termasuk pasukan khususnya, telah meninggalkan Libya.
Sebelumnya Sunday Times melaporkan, kedelapan tentara yang bersenjata tapi tidak berseragam tersebut merupakan anggota pasukan Special Air Service (SAS), yang resimennya terlibat dalam invasi ke Iraq dan Afghanistan serta memiliki tempat khusus dalam kisah-kisah militer Inggris.
Seorang aktivis HAM Libya yang memiliki kaitan dengan kelompok pemberontak, kepada Reuters mengatakan bahwa tim asal Inggris itu ditangkap karena menimbulkan kecurigaan.
“Mereka (pasukan pemberontak) memang menangkap beberapa anggota pasukan khusus Inggris. Mereka tidak bisa memastikan apakah mereka teman atau lawan,” kata sebuah sumber di Benghazi
“Kami tidak tahu mengapa mereka (pemerintah Inggris) tidak memberitahukan terlebih dahulu (secara lengkap) tentang tujuan dari misi mereka,” tambahnya.
Sunday Times melaporkan, pasukan khusus Inggris tersebut dicegat saat mengawal diplomat yunior melewati wilayah yang dikuasai para pemberontak. Diplomat itu sedang mempersiapkan kunjungan yang akan dilakukan oleh rekan diplomat seniornya yang ingin membangun kontak diplomatik dengan para pemberontak.
Sumber-sumber dari kelompok pemberontak menyatakan keheranannya akan delegasi Inggris tersebut.
“Jika ini delegasi resmi, mengapa mereka datang dengan helikopter? Mengapa tidak mengatakan, ‘kami akan datang, mohon izin untuk mendarat di bandara?’,” kata seorang sumber. “Ada aturannya untuk hal (kunjungan) semacam ini.”
Menteri Pertahanan Inggris Liam Fox sebelumnya mengatakan bahwa sebuah tim “diplomatik” telah menuju Benghazi, tapi dia menolak untuk berkomentar tentang pasukan khusus yang ditangkap.
Fox mengesampingkan perihal penggunaan pasukan darat Inggris di Libya, namun mengatakan bahwa penerapan zona larangan terbang masih memungkinkan. Pertemuan para menteri pertahanan negara anggota NATO di Brussel pada 10-11 Maret mendatang akan membahas opsi pemberlakuan zona larangan terbang bagi Libya.*