Hidayatullah.com— Sekretaris MUI Sulsel Prof. Muammar Bakry menanggapi beredarnya video yang viral memperlihatkan aksi joget dugem muda-mudi depan Masjid Agung Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, baru-baru ini.
Muammar mengaku tidak bisa mengambil kesimpulan terburu-buru dari kejadian hanya sekedar bahan video tersebut.
“Kita harus melakukan klarifikasi dan tabayyun agar respon yang kita berikan dapat objektif serta produktif bagi umat dan agama,” ucapnya saat dikonfirmasi di Kantor MUI Sulsel Jl Masjid Raya No 1 Makassar.
Meski demikian, pihaknya teleh mendapat konfirmasi bahwa kegiatan itu adalah rangkaian kegiatan agusutusan. Kegiatan utama berada di lapangan yang memang berdekatan dengan Masjid Agung Kota Sengkang.
Sebagaimana diketahui, kemeriahan acara agustusan biasa terjadi di berbagai tempat dengan iringan musik dan lagu. Mereka adalah peserta Lampion, dari start dan sepanjang jalan hingga jelang finish mereka sudah berjoget, mungkin karena sudah keasyikan dengan dentuman musik dan tambah semangat saat finish, merekapun tambah ngegas jogetnya, mereka larut dan tak sadar bahwa mereka berada di area Masjid Agung.
Menurut dia, sebenarnya bukan panitia yang membuat acara khusus depan atau halaman masjid. Hanya kebetulan lapangan utama berdekatan dengan masjid.
Kata Muammar yang juga sebagai Rektor UIM, bahwa Sengkang terkenal dengan Kota Santri, kesan orang di luar jika ada yang menyebut dirinya dengan orang Sengkang, pasti identik dengan anak pangaji (pengaji) dan religius.
Pusat Pendidikan Agama Islam di Sulawesi Selatan dengan ulama yang berkaliber dan melahirkan banyak ulama di Sulawesi bahkan Indonesia.
Memang sangat disayangkan jika pemandangan itu terjadi dekat pusat keislaman yakni Masjid Agung Kota Sengkang. Di Makkah saja kata dia, ada Abu Jahal, tapi ada Abu Bakar.
Muammar berharap, dakwah Islam di mana pun apalagi di pusat keislaman yang tersohor, terus memainkan peran dakwahnya dan yang paling utama adalah pemerintah agar membina masyarakat menjadi masyarakat berakhlak dan berkarakter dengan nilai-nilai agama dan budaya ketimuran.*