Hidayatullah.com—Hari Jumat (08/04/2016), Wakil Direktur Ummi Foundation Surabaya, Ustadz Ghafur didampingi Tim Ummi Daerah Yogyakarta mengadakan kunjungan ke SDIT Hidayatullah Sleman Yogyakarta.
Rombongan diterima hangat oleh Kepala Sekolah, Koordinator dan Tim Al Quran SDIT Hidayatullah Sleman.
“Kunjungan ini adalah silaturahim dan ingin melihat pembelajaran al Quran disini ya, jadi bukan untuk supervisi,” ucap Ghofur dengan ramah.
Ghafur menambahkan, yang juga dikuatkan oleh Ustadz Kukuh, selaku Direktur Ummi Daerah Yogyakarta menyatakan bahwa, “Selain mengadakan kunjungan ke lembaga pengguna ummi, Ummi Foundation juga akan mengadakan “Training Persiapan Munaqasyah (Ujian Terbuka), dimana salah satu programnya yaitu Pembekalan kepada guru-guru yang memegang kelompok Gharib, Tajwid, dan Kelas Finishing” ucap Ghafur.
Setelah acara ramah tamah, Tim Ummi Founfation berkesempatan melakukan pengamatan proses pembelajaran al Quran yang dilakukan di SDIT Hidayatullah Sleman. Ghafur dan rombongan berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lainnya mengamati sekilas bagaimana proses pembelajaran al Quran dengan menggunakan Metode Ummi.
Setelah observasi dilakukan, Ghafur memberikan beberapa masukan dan pesan terkait pembelajaran.
“Volume/ Power suara anak-anak ketika mengaji masih jauh dari standar,” kata Ghafur. Ia juga menjelaskan, membuat anak bersuara keras tidak bisa instan, artinya pembentukan itu harus dimulai dari Jilid 1.
Para assatidzah lah yang mencontohkan, jadi “pengampu al Quran mau tidak mau harus bersuara keras ketika mengajar” pesan Ghafur.
“Karena jika tidak bersuara keras, maka ketika proses baca simak akan berakibat membuat anak yang lain menjadi ramai sendiri dan tidak menyimak bacaan temannya,” tambahnya.
Pesan selanjutnya yang juga disampaikan Ghafur kepada para assatidzah, bahwa 7 tahapan pembelajaran al Quran Metode Ummi harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. 7 tahapan pembelajaran ini tidak boleh hilang.
Ghafur memberi catatan, untuk pembagian waktu dalam 7 tahapan pembelajaran ini bisa kondisional, artinya menyesuaikan dengan kondisi kelompok yang diampu.
“Untuk anak-anak yang agak lambat, maka waktu Penanaman Konsep bisa lebih lama,” kata Ghafur. Jangan sampai ada yang tidak tuntas, pada suatu konsep, “karena itu akan menjadi masalah yang menumpuk dan semakin membesar, ibarat bola salju,” tegas Ghafur.
Pesan Ghafur selanjutnya adalah dalam mengajar pastikan pengajar mempunyai “Mastery Learning” dan asumsikan bahwa anak tidak belajar sama sekali di rumah atau tidak mendapat bantuan dari orang tua. “Jadi memang tugas para assatizah sangat berat, dan itulah perjuangan kita,” Ghafur menyemangati.
Dalam kesempatan ini, Ghafur juga menyampaikan SDIT Hidayatullah Sleman Yogyakarta ditunjuk sebagai salah satu “Sekolah Model” di Yogyakarta. Harapannya SDIT Hidayatullah Sleman Yogyakarta menjadi rujukan bagi sekolah atau lembaga-lembaga lain yang ingin belajar/ mengetahui pembelajaran al Quran Metode Ummi.
Sebagai penutup, Ghafur menyampaikan bahwa kunjungan ini adalah sebagai ajang silaturahmi Ummi Foundation kepada Lembaga Pengguna Ummi. Ia juga berpesan kepada guru dan para pengampu al Quran, agar pembelajaran al Quran di SDIT Hidayatullah Sleman Yogyakarta dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.*/Ayun Afifah