Hidayatullah.com–Keputusan Syeikh Besar Al-Azhar Syeikh Dr. Muhammad Sayyid Thanthawi yang melarang penggunaan cadar di lembaga-lembaga pendidikan setingkat SMU di Al-Azhar dan dikeluarkan baru-baru ini, segera menuai kecaman, khususnya dari kalangan Islamis Mesir.
Keputusan sang Syeikh itu rupanya berbuntut panjang. Bukan sekedar pihak Al-Azhar saja yang kemudian “melarang” penggunaan cadar bagi kaum perempuan di dalam institusi-institusi yang dinaunginya, tetapi juga pihak-pihak lain yang mengambil keputusan ini. Salah satunya adalah asrama mahasiswi Universitas Kairo.
Tak lama setelah “fatwa” sang Syeikh itu diturunkan, pihak asrama Universitas Kairo mengusir setidaknya 126 mahasiswi yang kedapatan memakai cadar dan tinggal di asrama.
Akibatnya, puluhan mahasiswi bercadar yang tinggal di asrama (madinah jami’iyyah) Universitas Kairo menggelar aksi demonstrasi mengecam keputusan pihak pengelola asrama dan juga Syeikh Al-Azhar, Rabu (7/10).
Dalam aksinya, para mahasiswi itu dibarengi oleh puluhan mahasiswa pro-penggunaan cadar, beserta beberapa elemen organisasi Hak Asasi Manusia (HAM) Mesir.
Para pengunjuk rasa itu, selain menuntut untuk dicabutnya keputusan “tak matang” itu, juga menanyakan ada gerangan apakah di balik keputusan yang segera menuai badai kontroversial di jagat Mesir dan dunia Islam itu.
Para mahasiswi itu juga menyatakan, apa yang dipakainya berupa cadar sama sekali tidak bertentangan dengan undang-undang negara, apalagi syariat Islam. Bahkan, menurut mereka, mereka memiliki hak untuk memakai pakaian apa saja yang mereka suka, dalam hal ini adalah cadar, sebagaimana sebagian pihak yang juga suka memakai pakaian ketat dan tidak dilarang. [atj/arb/hidayatullah.com]
Keterangan: Mahasiswi Al-Azhar tertahan di gerbang campus/getty images