Hidayatullah.com–Selagi kebanyakan warga Amerika Serikat mempersiapkan perayaan Thanksgiving yang bertepatan pada pada hari Kamis 25 Nopember, satu dari enam orang warga AS kelaparan, termasuk seperempat anak-anak di negara maju dan kaya tersebut.
Thanksgiving adalah semacam hari pesta panen sebagai wujud syukur, yang dirayakan di Amerika Serikat dan Kanada. Biasanya rumah tangga di sana menyediakan hidangan daging kalkun sebagai menu spesial. Di AS Thanksgiving dirayakan setiap Kamis keempat bulan Nopember.
Secara global, 925 juta orang di dunia atau kurang sedikit dari 15% dari total populasi dunia menderita kurang gizi. Ironisnya, upaya Washington untuk memerangi kelaparan di luar negeri sepertinya lebih berhasil dibanding mengatasi kelaparan di dalam negeri. Begitu kata para analis.
Pekan lalu, Departemen Pertanian AS memperkirakan bahwa 49 juta warganya, termasuk 17 juta anak-anak, mengalami kekurangan makan sekitar sepekan menjelang Thanksgiving tahun 2009, pada saat di mana dapur-dapur rumah di negara kaya itu menyajikan masakan istimewa.
Angka kekurangan pangan di rumah-rumah tangga Amerika Serikat melonjak tajam di tahun 2008 akibat krisis ekonomi. Tapi rupanya kondisi itu belum juga pulih di tahun 2009.
Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah AS mengeluarkan kebijakan program bantuan gizi. Dan keliahatannya lumayan berhasil.
Meski pengangguran meningkat dari di bawah 9 juta menjadi lebih dari 14 juta antara tahun 2008 dan 2009, angka kelaparan tidak meningkat. Demikian menurut Kevin Concannon, penasihat urusan makanan, gizi dan layanan konsumen.
Angka tersebut, katanya, “sejalan dengan apa yang kami dengar dari seluruh penjuru negeri bahwa 15 program bantuan nutrisi berjalan sebagaimana yang diharapkan, dan berpengaruh pada masyarakat. Kami telah melihat keberhasilan pelaksanaan program ini.”
Namun rupanya Washington kemudian berusaha mengurangi beban hutang federal. Sekali lagi program bantuan nutrisi tersebut melemah.
Contohnya, Program bantuan Nutrisi Tambahan atau yang sebelumnya dikenal sebagai Program Kupon Makan. Program tersebut dimaksudkan agar rakyat miskin tetap bisa membeli makanan, meski harganya bagi mereka mahal. Program itu dibiayai melalui program stimulus ekonomi, yang sekarang mengalami penyusutan.
Pengurangan anggaran katanya dialihkan untuk program nutrisi lain, namun disinyalir pula disebabkan oleh adanya tekanan politik.
Sementara itu di luar negeri, Paman Sam memerangi kelaparan lewat inisiatif Feed the Future. Program ini akan menyalurkan 3,5 milyar dolar untuk bantuan pembangunan pertanian selama tiga tahun lebih.
Pekan lalu Rajiv Shah, administrator untuk U.S. Agency for International Development (USAID), bersama Menlu AS Hillary Clinton mengumumkan bahwa Feed the Future akan diawasi oleh USAID. Dan hari Senin (23/11) Rajiv Shah mengumumkan bahwa Biro Keamanan Pangan akan terlibat dalam program tersebut.
Keterlibatan AS yang besar dalam keamanan pangan di luar negerinya diperkirakan sebagai reaksi atas krisis harga pangan tahun 2007-2008, di mana banyak negara baru menyadari bahwa mereka sangat kurang berinvestasi di bidang pertanian.[di/ips/hidayatullah.com]