Hidayatullah.com–Iraq tidak meminta perpanjangan atas batas waktu penarikan pasukan Amerika Serikat dari negara itu yang ditetapkan akhir tahun 2011. Demikian dikatakan pejabat tinggi militer AS, Jum’at (22/4), usai menemui perdana menteri Iraq.
Admiral Mike Mullen, Kepala Angkatan Bersenjata AS, mengatakan dalam kunjungannya ke Baghdad bahwa Iraq harus memberitahukan segera, jika ingin pasukan AS tinggal lebih lama di negara itu, untuk menghindari kurangnya pasukan logistik.
Perdana Menteri Iraq Nuri Al-Maliki telah mengatakan bahwa polisi dan tentara negaranya sudah siap dan pasukan Amerika tidak diperlukan lagi setelah akhir tahun ini.
Dalam laman situsnya Kamis (21/4), Al-Maliki mengatakan, “Pasukan keamanan kami sekarang dapat mengemban tanggungjawab, menjaga keamanan dan bertindak secara profesional dan patriotik.”
“Kami akan meningkatkan kemampuan tempurnya dengan melengkapinya dengan senjata dan perlengkapan moderen.”
Awal bulan ini pemimpin Syi’ah Moqtada Al-Sadr, yang juga menjadi bagian dari pemerintahan Al-Maliki, mengatakan lewat pembantunya bahwa ia akan “meningkatkan perlawanan militer” dan mengerahkan milisi Mahdinya jika pasukan Amerika Serikat tidak jadi meninggalkan Iraq hingga akhir tahun ini.
Kelompok politik Sadr memenangkan dukungan kuat dalam pemilihan umum tahun lalu, dan ia sejanak melupakan kebenciannya pada Al-Maliki untuk bisa bergabung dalam koalisi di pemerintahannya.*
Milisi Mahdi pimpinan Al-Sadr terlibat kekerasan sektarian tahun 2006-2007 dan Al-Maliki mengirimkan pasukan pemerintah untuk melibas milisi Mahdi tahun 2008.*