Hidayatullah.com—Pemimpin terkuat Libya, Kolonel Muammar Qadhafi tak menghadiri pemakaman putrranya, Saiful Arab (29), dan tiga cucu Qadhafi yang tewas dalam serangan roket NATO hari Sabtu. Pemakaman dihadiri ribuan orang dan dijaga oleh pesawat NATO yang berpatroli di udara.
Saat peti jenazah Saif yang dibungkus bendera hijau Libya dimasukan keliang lahat, banyak orang yang berteriak menuntut balas atas kematiannya.
Qadhafi tidak menghadiri pemakaman Saiful Arab tetapi dua anak lelaki lainnya, Saiful Islam dan Mohammad menghadiri upacara pemakaman dengan menggunakan pakaian tradisional Libya.
Dua anak lelaki Qadhafi itu tiba dengan kawalan kendaraan bersenjata lengkap dan terlihat penuh emosi saat jenazah adiknya dimakamkan. Kediaman Kolonel Qadhafi dilaporkan dalam keadaan yang rusak parah akibat serangan tersebut.
Pejabat Libya menyatakan Qadhafi dan istrinya sebenarnya ada di kediamannya di Bab al-Aziziyah ketika serangan berlangsung Sabtu malam, tetapi mereka bisa melarikan diri dengan aman.
NATO mengakui adanya serangan di Tripoli tersebut, tetapi membantah kalau mereka memburu Qadhafi untuk memecahkan kebuntuan yang berlangsung diantara pasukan yang setia kepada Qadhafi dengan pemberontak yang ingin menggulingkannya dari kekuasaan.
Sebelumnya, Saif lolos dari serangan udara AS yang menargetkan tempat persembunyian ayahnya di Tripoli pada tahun 1986. Dua puluh lima tahun kemudian, putra pemimpin Libya termuda kedua ini dilaporkan tewas dalam serangan udara NATO.
Saiful Arab merupakan salah satu anak Qadhafi yang paling menonjol karena selalu dinilai tidak memiliki kecenderungan politik atau militer yang jelas. Sayangnya, pria yang menghindari persaingan dan kekuasaan itu justru tewas di tangan sekutu Amerika dan koalisi Barat.*