Hidayatullah.com–Puluhan ribu rumah tangga yang terpengaruh HIV di Asia menghadapi situasi “kemiskinan yang tidak dapat diubah” karena besarnya biaya hidup yang harus ditanggung. Perempuan dan anak-anak menanggung akibat paling parah, demikian laporan PBB Kamis (01/12/2011), lansir Radio Nederland.
Melonjaknya biaya kesehatan dan hilangnya kesempatan kerja karena luasnya diskriminasi berarti banyak rumah tangga dengan HIV positif di berbagai wilayah yang hidup dengan “keadaan sosial ekonomi merosot,” imbuh laporan tersebut.
Penyakit juga “mempengaruhi wanita dan anak perempuan secara tidak proporsional.” Mereka secara biologis lebih rentan terhadap infeksi, memiliki akses pengobatan lebih terbatas dan biasanya menanggung sebagian besar tanggung jawab dalam merawat individu yang terkena, lanjut laporan itu.
Di negara seperti India, Indonesia dan Vietnam, keluarga yang terkena HIV positif menghabiskan biaya kesehatan sampai tiga kali lebih banyak dari rata-rata.
Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu didasarkan pada data dari sekitar 17.000 rumah tangga di seluruh Asia.
Kamboja adalah satu-satunya negara di Asia di mana persentase pengeluaran biaya kesehatan rumah tangga dengan HIV positif tidak lebih tinggi dari konsumsi rumah tangga secara keseluruhan. Ini disebabkan luasnya bantuan pemerintah atas pengobatan antiretroviral, kata laporan itu.
PBB memperkirakan tahun lalu sekitar 34 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HIV. Membaiknya kualitas pengobatan telah berhasil menurunkan angka kematian yang terkait dengan AIDS, dari puncaknya di tahun 2005 sebanyak 2,2 juta menjadi 1,8 juta tahun lalu.
Penyebab utama penyebaran HIV adalah seks yang tidak aman dan jarum suntik, dengan lima negara – Myanmar, India, Indonesia, Nepal dan Thailand – sebagai tempat penyebaran utama virus di wilayah Asia.*
Keterangan foto: Salah satu tanda seseorang mengidap HIV/AIDS. Gejala di tubuh bisa jadi tidak kelihatan selama 5-10 tahun setelah terkena infeksi HIV pertama kali.