Hidayatullah.com—Seorang putri bangsawan Kerajaan Belanda disinyalir menjadi agen mata-mata yang ikut berperan dalam perundingan untuk mengakhiri Perang Bosnia di tahun 1990-an.
Dilansir Radio Nederland, Sabtu (21/4/2012), Putri Mabel istri Pangeran Friso, putra kedua Ratu Beatrix, kemungkinan pernah bekerja sebagai agen dan informan untuk BVD, organisasi perintis Badan Intelijen Belanda saat ini AIVD.
Dalam situsnya, majalah HP/De Tijd menuliskan kutipan memoar mantan agen BVD, Frits Hoekstra. Dia mengatakan Mabel Wisse Smit pernah bekerja untuk BVD pada tahun 1990-an, di masa-masa negosiasi yang kemudian melahirkan perjanjian Daytona, perjanjian damai yang mengakhiri perang Bosnia.
Pada saat itu, Putri Mabel mempunyai hubungan dengan calon mentri luar negri Bosnia, Mohammed Sacirbey, yang memainkan peran penting dalam negosiasi, tulis Radio Nederland.
Pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa asal Belanda, yang dikenal dengan Dutchbat, ditugaskan menjaga wilayah Srebrenica yang ditetapkan sebagai zona aman oleh PBB pada saat Perang Bosnia-Serbia. Setelah pasukan salib dari Serbia berhasil menekan dan memasuki wilayah Srebrenica, pasukan Belanda menyerahkan puluhan ribu Muslim Bosnia yang mencari perlindungan di pos keamanan PBB kepada pasukan Serbia. Tidak lama setelah itu, terjadilah tragedi pembantaian Muslim Bosnia yang dikenal dengan Pembantaian Srebrenica. Tidak kurang dari 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim Bosnia dibantai dengan darah dingin oleh pasukan salib Serbia.*