Hidayatullah.com—Staf medis tambahan telah dikirim ke penjara militer Amerika Serikat di Teluk Guantanamo guna membantu menangani mogok makan yang sekarang dilakukan hampir duapertiga tahanan.
Sekitar 40 tenaga medis angkatan laut AS, termasuk perawat dan tenaga ahli, tiba akhir pekan kemarin, kata jurubicara militer di Guantanamo Letkol Samuel House, Senin (30/4/2013) dilansir Aljazeera.
Kedatangan mereka, kata House, sudah direncanakan beberapa pekan sebelumnya seiring dengan bertambahnya jumlah tahanan yang mogok makan menentang penahanan mereka.
House mengatakan, 100 dari 166 orang tahanan melakukan mogok makan. Jumlah itu belum berubah sejak hari Sabtu kemarin. Di antara mereka, 21 orang dipaksa makan lewat selang, bertambah satu orang pada hari Sabtu.
Dalam pernyataannya House mengatakan 5 orang tahanan dilarikan ke rumah sakit, tanpa menjelaskan lebih lanjut apakah kondisi mereka membahayakan nyawa.
Para pengacara tahanan mengatakan, jumlah pelaku mogok makan mencapai 130 orang, lebih banyak dari yang diakui resmi oleh pemerintah AS.
Para tahanan Guantanamo mogok makan sejak 6 Februari lalu, menyusul penistaan petugas terhadap al-Qur`an milik para tahanan dengan alasan mencari barang yang diselundupkan dari luar ke dalam penjara.
Memasuki pekan ke-12 mogok makan di Guantanamo, Presiden Barack Obama kembali mendapatkan tekanan baru agar dirinya menepati janjinya menutup penjara yang didirikan dengan alasan “Perang Melawan Teror” itu.
Senator Demokrat asal California Dianne Feinstein menulis surat kepada Obama guna meminta pemerintah memperbaharui upayanya mengirim tahanan keluar dari Guantanamo. Feinstein meminta penjelasan tentang 56 dari 86 tahanan Yaman yang seharusnya sudah dipulangkan ke negaranya.
Sementara itu, Andrea Prasow dari Human Rights Watch mengatakan, sepanjang sejarah Guantanamo belum pernah menghadapi situasi kritis seperti sekarang.
Sedangkan mantan kepala jaksa penuntut di Guantanamo, Kolonel AU Morris Davis memperingatkan akan jatuh korban nyawa, jika Obama tidak bertindak cepat.*