Hidayatullah.com—Presiden Mesir Muhammad Mursy hari Rabu (26/6/2013) mengumumkan tujuh keputusan baru dan tidak menyinggung tentang demonstrasi yang marak menentang dirinya.
Pada pidatonya di Cairo International Conference Center, Mursy menugaskan kementerian dalam negeri untuk membentuk satuan tugas guna memberantas “pembunuhan sadis” dan terorisme.
Dia juga memerintahkan pembentukan komite untuk mengkaji masukan oposisi dan seluruh partai tentang amandemen konstitusi. Mursy mengundang mereka untuk memasukkan proposal mulai hari Kamis.
Komite rekonsiliasi nasional berisi perwakilan dari partai-partai politik, Al-Azhar, Gereja Koptik, kelompok gerakan revolusi dan LSM, juga diminta oleh Mursy agar dibentuk guna menjembatani perbedaan di antara mereka.
Soal antrian bahan bakar, Mursy meminta pihak terkait memastikan ketersediaan bahan bakar minyak dan gas yang dibutuhkan masyarakat.
Terakhir, presiden meminta agar para pejabat di daerah menganggkat penasehat dari kalangan muda di bawah usia 40 tahun, seraya menekankan pentingnya peran pemuda dalam negara.
Mursy meminta maaf kepada para pemuda yang selama ini tidak diberi kesempatan berperan untuk negaranya.
Selain itu, Mursy mengakui “melakukan banyak kesalahan.”
Meskipun demikian, selama berpidato dia tidak menyinggung tentang aksi demonstran dan kelompok-kelompok yang menuntut dirinya mundur dan akan melakukan aksi besar pada 30 Juni mendatang.
Mursy justru menuding para bekas pejabat era Husni Mubarak, seperti Safwat el-Sherif dan Zakaria Azmi, sebagai biang kekacauan di Mesir saat ini.
“Tidak lama lagi Safwat el-Sherif dan Zakaria Azmi juga akan dianggap ‘revolusioner’. Kenapa tidak? (Sebab) semua orang sudah dibebaskan,” kata Mursy menyinggung keputusan pengadilan yang membebaskan para pejabat rezim Husni Mubarak dari berbagai jeratan hukum, terutama kasus korupsi.
“Ahmad Shafiq, apa dia revolusioner juga? Dia ingin menjadi [penguasa],” kata presiden dari Al-Ikhwan itu menyinggung kasus korupsi Shafiq, perdana menteri terakhir era Mubarak.
“Dia sudah berada di luar negeri, tetapi masih saja menyeru digulingkannya pemerintah [Mesir],” kata Mursy. “Bukankah itu tindakan kriminal?”
Pada kesempatan pidato panjangnya itu, Mursy tidak lupa menyebutkan kemajuan pemerintahannya, seperti kenaikan upah minimum bulanan menjadi 700 pound dan diharapkan menjadi 1.500 pound.
Sebanyak 52.500 petani yang memiliki kredit macet juga sudah dibebaskan dari tagihan hutang, kata Mursy, yang disambut kemudian oleh tepukan tangan hadirin.
Menyinggung kerusuhan yang masih saja terjadi, Mursy mengatakan bahwa pasukan keamanan telah diterjunkan ke sejumlah daerah untuk menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat.
Sementara Mursy berpidato, ribuan orang berdemonstrasi di sekitar Lapangan Tahrir, menyuarakan penentangannya dan menuntut mundur presiden Mesir yang baru genap menjabat satu tahun pada 30 Juni 2013 itu.*