Hidayatullah.com—Seorang komandan pasukan oposisi Suriah hari Selasa (20/9/2013) mengkritik recana Rusia agar pemerintah Damaskus menyerahkan senjata-senjata kimianya guna menghindari serangan militer Barat dan menyebutnya sebagai “kesepakatan kotor” dan sebuah “manuver internasional.”
“Apa yang terjadi adalah sebuah upaya untuk menyelamatkan Obama dari pohon yang telah dipanjatnya, setelah Rusia meninggalkannya di sana dan mengambil tangganya,” kata Kolonel Abdul Jabbar al-Uqaidi, seorang komandan senior Free Syrian Army (FSA) dalam wawancaranya dengan Al-Arabiya.
Mengambil senjatasenjata kimia dari Presiden Bashar al-Assad “akan menguntungkan Israel, bukan rakyat Suriah,” tegasnya.
“Semua teriakan di masyarakat internasional ini adalah karena senjata kimia, dan bukan karena kekejaman Assad terhadap rakyatnya dengan menggunakan tank-tank dan peluncur roket,” imbuhnya.
Uqaidi mengajak rakyat Suriah bersatu dengan pasukan oposisi dan tidak mengandalkan dukungan internasional untuk menggulingkan rezim Assad dari kekuasaan.
Dia menolak solusi politik apapun untuk mengatasi krisis sebelum Assad pergi, dan mengatakan bahwa sebuah badan keamanan khusus akan dibentuk guna mengantisipasi kevakuman pasukan keamanan setelah Assad lengser.
Uqaidi menyalahkan sayap politik dari revolusi Suriah karena kurang koordinasi dengan sayap militer dan mempertanyakan legitimasi para pemimpin politiknya, yang menurutnya, “mewakili negara-negara yang menominasikan mereka, bukan rakyat Suriah.”
Dalam wawancara, komandan pasukan oposisi Suriah itu tidak terlalu menganggap penting keberadaan pejuang asing di Suriah, yang jumlah keseluruhannya kurang dari 2.000 sementara pasukan FSA sekitar 200.000 orang. Menurutnya, pejuang dari kalangan Islam Suriah berjumlah sekitar 10.000 orang.*