Hidayatullah.com–Kemenangan besar partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) pada Pemilu nasional India akhirnya mengantarkan ketuanya, Narendra Modi menduduki kursi perdana menteri.
Peristiwa ini disambut gembira massa pendukungnya. Sementara itu, kemengangan Modi membuat 160 juta Muslim India cemas dan bertanya-tanya akan masa depan mereka.
“Kami tahu catatan masa lalunya, tapi kami berharap ia tidak akan melakukan hal yang sama terhadap kaum minoritas setelah menjabat nantinya,” ujar Zahir Qazi, ketua Anjuman-I-Islam, sebuah LSM yang yang melayani kaum Muslim di kota Mumbai, kepada OnIslam.net.
“Kami berharap ia akan menegakkan keadilan dan tidak melakukan diskriminasi dalam bentuk apapun,” tambahnya.
Modi yang menjadi gubernur Gujarat selama 13 tahun sejak 2001 dipuji karena berhasil mengubah negara bagian itu menjadi kekuatan ekonomi besar dengan memberantas korupsi, menarik investasi dan membangun infrastruktur. Dibalik itu, dia dituduh tidak melakukan apapun untuk menghentikan kerusuhan sektarian yang menewaskan 2000 Muslim di wilayah itu pada tahun 2002.
Dia juga telah dituduh berada dibalik pemberontakan kaum nasionalis Hindu terhadap komunitas Muslim di Assam dan Andhra Pradesh, yang mengakibatkan puluhan orang tewas pada awal bulan ini.
Bentrokan di Assam itu dipicu oleh pernyataan Modi dalam sebuah pidatonya dimana ia menyebut umat Islam di wilayah itu adalah imigran gelap dari Bangladesh, kata-kata hasutan yang sama yang dilontarkan kaum Buddha Myanmar terhadap Muslim Rohingya.
Pernyataannya itu mendapatkan dukungan dari banyak kelompok Hindu termasuk Rashtriya Swayam Sewak Sangh (RSS).
Maulvi Shams, seorang imam di Uttar Pradesh, juga mengatakan kepada OnIslam.net, “Modi mendukung pembunuhan di Assam.Dia telah meningkatkan ketegangan agama di seluruh India.”
Sebelum ini, Rashtriya Swayam Sewak Sangh (RSS) telah menyerukan agenda Kebangkitan Hindu setelah kemenangan Modi.
“Kita semua bisa melihat sekarang, bahwa kebangkitan itu terjadi,” kata Praveen Rai, ketua Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) di Varanasi kepada New York Times, Ahad (11/05/2014).
“Apa yang kita percaya adalah bahwa kita adalah ras yang paling maju di dunia. Kita akan mengubah seluruh dunia menjadi ras Aria. Jadi kita telah memutuskan. Kita percaya bahwa budaya India telah menjadi peradaban terbaik di dunia, ” tambahnya.
RSS didirikan oleh Keshav Baliram Hedgewar pada tahun 1925, yang memisahkan diri dari partai Kongres Nasional India dengan alasan apa yang dia sebut sebagai “sikap memanjakan tidak sewajarnya terhadap umat Islam”.
Kelompok ini kemudian dilarang tiga kali pada tahun 1948, 1970-an dan 1990 dikarenakan aktivitas-aktivitas ekstrimnya. Mereka juga telah menunjukkan niat mereka pada masa lalu untuk membangun sebuah kuil Hindu di lokasi dimana pernah berdiri Masjid Babri – didirikan pada abad ke-16 – yang telah dihancurkan oleh massa Hindu pada tahun 1992.
Pramod Kumar, seorang propagandis RSS di Varanasi, memuji kampanye Modi dalam upaya untuk menghidupkan kembali agama, integritas dan budaya negara itu.
“Sejak saya lahir, saya telah menunggu untuk hal-hal yang baik terjadi di negeri ini. Sebagian besar pasti terjadi, kesempatan itu ada di sini, ” katanya bangga.
Mengenai pembangunan kuil Hindu diatas reruntuhan Masjid Babri, Kumar menambahkan: “Candi itu harus dibangun setelah Pemilu.” Namun Modi membantah bahwa RSS akan memiliki tempat dalam pemerintahannya. *