Hidayatullah.com—Empat belas mausoleum di kota Timbuktu, Mali bagian utara, telah dibangun kembali setelah tiga tahun silam dihancurkan oleh kelompok Muslim yang menganggapnya sebagai bangunan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Belasan mausoleum (bangunan makam yang didirikan untuk mengenang si mayat) itu dibangun kembali oleh tukang-tukang batu setempat yang bekerja untuk Unesco, badan Perserikatan Bangsa-Bangsa bidang kebudayaan, lapor BBC.
Timbuktu adalah kota kuno, yang sempat berjaya pada masa pemerintahan Islam. Seluruh bagian kota itu merupakan situs bersejarah yang dilindungi oleh Unesco. Pada abad ke-13 hingga ke-17 Masehi kota itu merupakan pusat pendidikan Islam. Pada masa jayanya, kota itu memiliki 200 sekolah dan universitas yang menarik Muslim dari seluruh belahan dunia untuk menuntut ilmu di sana.
Belasan mausoleum tersebut adalah makam tokoh-tokoh terkemuka di Tumbuktu yang sangat dihormati pada masanya.
Sayangnya, seiring dengan waktu tempat-tempat itu kemudian dikeramatkan dan menjadi tempat pemujaan.
Hari Sabtu (18/7/2015) ketika meresmikan kembali mausoleum-mausoleum itu, pimpinan Unesco Irina Bokova mengatakan bahwa perusakan atas situs bersejarah itu menurut Konvensi PBB di Den Haag tahun 1954 termasuk kejahatan perang dan pelakunya akan diseret ke Mahkamah Kejahatan Internasional.
Tukang-tukang batu setempat membangun kembali situs bersejarah itu dengan menggunakan cara-cara dan bahan-bahan tradisional, yang dipelajari secara turun temurun sejak masa lampau.*