Hidayatullah.com–Ceramah perayaan Asyuro (Asyura) milisi Syiah Hizbullah Libanon yang diisi oleh Hassan Nasrallah menyerang peranan Riyadh di Yaman dan Bahrain dan teriakan kebencian kepada Arab Saudi.
Dalam sebuah pidato Asyuro, hari di mana kaum Syiah memperingati kematian cucu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, Hasan Nasrallah mengecam apa yang ia sebut sebagai ‘agresi AS-Saudi di Yaman’.
“Pada hari ini, kami memperbarui kecaman kami atas agresi Saudi dan Amerika di Yaman,” kata Nasrallah kepada para pendukungnya, dikutip middleeasteye.net.
Sementara itu, anggota Hizbullah melantunkan yel-yel “Matilah keluarga Saud” seiring dengan cercaan Nasrallah kepada pimpinan Sunni Arab Saudi, yang mencerminkan ketegangan sektarian yang semakin memanas.
Seperti diketahui, Saudi memimpin koalisi Negara Arab menyerang Yaman pasca pemberontak Syiah Al HAutsi (Syiah al Houthi) menguasai istana pimpinan Presiden Abdurabbuh Mansyur Hadi.
Sementara itu, milisi Syiah Hizbullah bersama Iran ikut bermain di Yaman, mendukung eksistensi pemberontah al Houthi.
Nasrallah juga mengkritik Arab Saudi karena dianggap mengabaikan dan kegagalan melindungi jamaah haji dengan menyebut musibah itu sebagai “Pembantaian Mina”.
Setidaknya 2.432 meninggal pada 24 September di mana para jamaah berdesak-desakan hingga mengakibatkan kematian di persimpangan jalan di Mina, Makkah.
Milisi Syiah Hizbullah termasuk sebagai pemain penting dalam mendukung Iran dan Syiah al Houthi melawan Koalisi Negara Arab.
Tak hanya di Yaman, bersama pasukan Iran dan serangan udara Rusia, milisi Syiah Hizbullah ikut mengambil bagian dalam sebuah serangan darat di Suriah mendukung Rezim Presiden Bashar al-Assad melawan rakyat Suriah dan kelompok pasukan pembebasan.
Krisis di Yaman meningkat selama beberapa bulan di tengah gagalnya usaha pembicaraan di meja perundingan.
Utusan khusus PBB untuk Yaman mengumumkan pada hari Jumat bahwa ia akan segera mulai bekerja dengan pemerintah dan para pemimpin Syiah al-Houthi yang menentang Mansyur Hadi untuk menentukan agenda dan tanggal untuk pembicaraan perdamaian. Ia juga sadar bahwa sebuah krisis besar kemanusiaan telah meningkat.
Pada 22 Oktober, Komisi Palang Merah Internasional mengatakan bahwa pertempuran di Taiz, kota terbesar ketiga di Yaman yang masih berada di tangan pasukan yang bersekutu dengan Presiden Hadi, menghalangi pasokan pokok ke kota tersebut.
Pertempuran yang meningkat di Taiz telah menjadikan kota tersebut terjun ke dalam situasi yang menyedihkan, ditambah dengan tutupnya rumah sakit dan krisis obat-obatan, makanan, air, dan bahan bakar, kata Palang Merah.*